Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipmi Tolak Kenaikan TDL

Kompas.com - 19/08/2010, 13:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Asumsi pemerintah akan kembali menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen di awal tahun tidak tepat. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) secara tegas menolak asumsi kenaikan TDL tersebut.

"Saya pikir itu tidak tepat ya," tegas Silmy Karim, Ketua Bidang Perbankan Hipmi, di Jakarta, Rabu (18/8/2010). Ditegaskannya, pemerintah harusnya mengkaji lebih dalam semua akibat dari kembali mengambil kebijakan kenaikan TDL.

"Pemerintah itu saya pikir perlu mengkaji lebih mendalam. Karena kalau kita bicara kenaikan TDL itu, kita bicara beberapa hal termasuk daya saing dan daya beli," tandasnya.

Ditegaskannya, dirinya akan menolak kebijakan kenaikan TDL. "Kalau saya menolak kenaikan TDL," tegasnya.

Seperti dijabarkannya, dengan menaikkan TDL 15 persen, akibat yang harus ditilik adalah daya saing dan daya beli masyarakat.

"Daya saing itu akibatnya kita akan berhadapan dengan produk impor, kemudian produk-produk yang dihasilkan di Indonesia akan mahal itu sudah pasti. Terus kalau daya beli itu kan masyarakat akan memilah-milah mana barang yang akan dia beli dan tentunya ada yang dia korbankan karena daya beli yang terbatas, berarti ada penurunan permintaan," paparnya tegas.

Menurutnya, bila kenaikan TDL terjadi, akan terjadi pengurangan produksi. Karena permintaan, dikatakannya akan menurun. Maka, bila itu terjadi, akan banyak karyawan pula akan mengalami pemutusan hubungan kerja.

"Otomatis kalau kita dipaksakan untuk naik, tentunya untuk menyiasatinya adalah mengurangi produksi. Karena permintaannya akan kurang. Karena kan kalau produksi turun secara otomatis utilisasi, terus juga karyawan dan sebagainya, itu akan berdampak," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com