Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank, kini tinggal di ruangan di kompleks kantornya di Dhaka, ibu kota Banglades. Sebuah ruangan di lantai dasar gedung Kantor Grameen Bank disediakan untuk Yunus sehingga ia segera bisa mengetahui persoalan perusahaan.
Berdasarkan penuturan General Manager Grameen Bank Muhammad Shahjahan yang tinggal di lantai tiga gedung tersebut, Yunus senantiasa menempatkan diri bukan sebagai pendiri, tetapi pegawai biasa. Di ruangan kantor Yunus di kota Dhaka, Banglades, barang-barang luks pun tak ditemukan.
Ditemui di Singapura, pertengahan Juni lalu, Shahjahan menjelaskan, tak ada pendingin udara meski hawa di sana luar biasa panas. Suhu di Dhaka bisa mencapai 38 derajat Celsius, lebih panas dari Jakarta yang sekitar 33 derajat Celsius. Hanya dipasang kipas angin sekadar untuk pengusir gerah.
”Selain efisiensi energi, memang sudah kebiasaan Yunus sejak dulu saat merintis Grameen Bank yang tidak menggunakan pendingin udara,” papar Shahjahan. Kondisi jauh dari nyaman itu pula yang senantiasa mengingatkan bahwa pegawai Grameen Bank di lapangan pun bekerja dengan peluh bercucuran.
Di Kantor Grameen Bank, tak ada meja bermutu berukir indah. Masing-masing pegawai mendapatkan meja berukuran sekitar satu meter persegi. Yunus juga menggunakan meja itu. Meja kayu yang biasa digunakan masyarakat kebanyakan di Banglades.
”Tak ada laci di meja kami. Sebab, laci bisa membuat pegawai memasukkan dokumen. Mereka jadi lupa pekerjaan yang harus diselesaikannya,” kata Shahjahan.
Sebagai pendiri Grameen Bank yang namanya sudah sangat menginternasional, kebersahajaan Yunus dari segi pendapatan pun benar-benar membuat tak habis pikir. Bagi pria sekaliber penerima Nobel Perdamaian tahun 2006 itu, setiap bulan ia hanya menerima gaji sebesar 650 dollar AS.
Pendapatan itu pun masih harus dipotong sewa tempat tinggal Yunus di Gedung Grameen Bank. Meski pendiri Grameen Bank, tak ada hak istimewa untuk Yunus dikecualikan dari pembayaran sewa.
Setelah dipotong sewa, jumlah yang diterima hanya sekitar 400 dollar AS. Jumlah itu bila dikonversi dalam rupiah kurang dari Rp 4 juta. Sungguh kontras dengan gaji bankir nasional yang bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah per bulan.
Penghasilan Yunus dengan pegawainya yang tak terlalu jauh pun membuat jurang perbedaan pendapatan nyaris tak tercipta. Gaji manajer keliling Grameen Bank, misalnya, sebesar 175 dollar AS per bulan. Saat ditanya kecil atau besarnya gaji di Grameen Bank untuk ukuran Banglades, Shahjahan menjawab, ”Yang penting pegawai merasa hidup berkecukupan.”
Mobil milik Yunus tidak mewah. Ia hanya punya mikrobus yang dipilih lantaran efisiensi bahwa mobil tersebut bisa memuat lebih banyak penumpang. Sulit membayangkan jika mobil pendiri bank besar tak dilengkapi pendingin udara, tetapi itulah kenyataan.Mobil sudah digunakan selama delapan tahun terakhir dan Yunus tak punya keinginan untuk menggantinya. Ia juga belum berencana membeli mobil baru jika mikrobusnya nanti sudah berusia 20 tahun.