Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasionalisasi Inalum

Kompas.com - 13/12/2010, 06:37 WIB

Medan, Kompas - Sejumlah pihak mendesak Pemerintah Indonesia agar mengakhiri kerja sama dengan Jepang atas pengelolaan PT Indonesia Asahan Aluminium di Asahan, Sumatera Utara. Alasannya, nasionalisasi akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi Indonesia.

”Kami tidak ingin kerja sama itu diperpanjang. Indonesia harus mengambil alih semua operasionalisasi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum),” kata anggota DPRD Sumatera Utara, Fadly Nurzal, dalam diskusi tentang pentingnya nasionalisasi PT Inalum, di Medan, Sabtu (11/12).

Diskusi tersebut juga dihadiri Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait, Direktur Industri Material Dasar Logam Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur I Gusti Putu Suryawirawan, dan mantan Direktur Bisnis PT Inalum Hasrul Hasan.

PT Inalum mulai beroperasi tahun 1982. Kini, posisi saham Indonesia 41,12 persen dan Jepang memegang saham 58,88 persen. Kerja sama tersebut akan berakhir pada 2013.

Fadly menjelaskan, kesepakatan Indonesia-Jepang pada awal beroperasinya PT Inalum telah menjebak Indonesia. Sebab, ternyata warga di sekitar PT Inalum tidak sejahtera karena hasil dari perusahaan tersebut banyak dibawa keluar negeri.

Untuk itu, DPRD Sumut menyiapkan panitia khusus yang akan mengkaji pentingnya nasionalisasi PT Inalum agar bermanfaat untuk Sumatera Utara. ”Selanjutnya, pemerintah dapat mengubahnya menjadi perusahaan badan usaha milik negara,” ujar Fadly.

Suryawirawan menilai nasionalisasi PT Inalum bukan hal terpenting. Yang perlu ditekankan itu kemanfaatannya, seperti hidupnya industri hilir, penyerapan tenaga kerja, dan menjadi pemicu untuk pemanfaatan sumber daya lokal. ”Kalau untuk pengembangan industri itu perlu nasionalisasi, maka nasionalisasi itu memang penting,” tuturnya.

Masih impor

Hasrul menggambarkan, Indonesia sangat potensial sebagai penyuplai aluminium dunia. Anehnya, saat ini industri di Indonesia masih impor bahan aluminium.

Padahal, cadangan bauksit (bijih aluminium) Indonesia mencapai 350 juta ton dan ditaksir mampu memenuhi kebutuhan aluminium di Asia Tenggara selama 50 tahun. ”Sayangnya, nilai tambah industri berbasis aluminium Indonesia dinikmati negara lain dan kita harus impor,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com