Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olah Ikan Patin, RI Ajak China

Kompas.com - 17/01/2011, 07:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjajaki kerja sama dengan pengusaha dari China dan Vietnam untuk membangun pabrik pengolahan ikan patin.

Menurut rencana, pabrik tersebut akan berlokasi di dua sentra produksi ikan patin, yaitu Kabupaten Kampar (Riau) dan Kabupaten Muarojambi di Provinsi Jambi. KKP memperkirakan investor dari kedua negara tersebut harus mengucurkan modal sekitar Rp 50 miliar untuk masing-masing pabrik.

Sekretaris Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) KKP Victor Nikijuluw mengatakan, kerja sama tersebut sangat penting untuk mengembangkan industri pengolahan ikan patin di Indonesia yang selama ini belum tersentuh. "Kita bisa belajar banyak dari mereka," kata Victor, Minggu (16/1/2011).

Ikan patin sangat strategis untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Namun sampai saat ini, menurut Victor, aspek pengolahan dan pemasaran ikan patin di Indonesia masih lemah. Pemasaran patin masih terbatas dalam bentuk ikan patin segar. Pengolahan patin menjadi filet di Indonesia masih sangat sedikit.

Padahal, pengolahan memberikan nilai tambah bagi penjualan patin, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor. Sekadar contoh, selama ini harga jual ikan patin segar hanya sekitar 1 dollar AS per kg. Padahal, bila ikan patin telah diolah menjadi filet, harganya mencapai 3,4 dollar AS per kg.

Belum adanya pabrik pengolahan juga membuat pemasaran patin masih terbatas di daerah yang dekat dengan Kampar dan Muarojambi saja, misalnya Padang, Palembang, dan Medan.

Padahal, selama ini konsumsi patin terbesar berada di Jawa. "Kita susah mencapai Jawa karena ikan pasti akan busuk di jalan," tandas Victor. Kondisi tersebut jelas kurang menguntungkan. Padahal, produksi patin sudah cukup melimpah.

Data KKP menunjukkan, produksi patin tahun 2010 sebanyak 273.554 ton. Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perikanan Budidaya KKP Ketut Sugama mengatakan, produksi patin tahun ini ditargetkan naik 40 persen  menjadi 383.000 ton. (Veri Nurhansyah Tragistina/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com