Irma Tambunan
Kawasan ini berkembang di muara Sungai Tungkal. Setiap bangunan dari kayu bulian berdiri berjejer rapat. Karena itu, kebakaran menjadi pemandangan yang terjadi hampir setiap bulan. Itulah suasana di Kuala Tungkal hingga 20 tahun lalu.
Warga setempat, Robinson (56), mengenang kebakaran besar pada 1990 yang menghanguskan pusat perbelanjaan produk impor dan pasar tradisional. Saat itu listrik padam dan terjadi kebakaran di Hotel Cahaya. Sejumlah pedagang yang baru saja menyalakan lilin berlarian untuk membantu.
Saat api di hotel padam, tiba-tiba terdengar teriakan dari tempat mereka berdagang. Rupanya ada lilin yang menyambar dinding kios. Api dengan cepat menyambar bangunan yang berdempetan. Semua kios dan barang dagangan hangus. Denyut perekonomian kawasan itu
Bupati Tanjung Jabung Barat Usman Ermulan mengenang masa kecilnya di Kuala Tungkal tidak hanya dilalui oleh kerapnya musibah kebakaran. Air pasang juga setiap pekan membanjiri permukiman warga. Hal itu disebabkan sebagian besar wilayah Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal dan tujuh kecamatan di sekitarnya) sejajar dengan permukaan laut.
Kuala Tungkal, yang berada di pantai timur Jambi, berjarak 135 kilometer dari ibu kota provinsi, ditempuh dalam waktu tiga jam perjalanan darat. Namun, menurut Usman, perjalanan menuju Kota Jambi pada masa kecilnya menjadi perjalanan jauh yang sangat melelahkan karena harus ditempuh sehari semalam menggunakan kapal.
”Dulu belum ada jalan aspal. Tungkal dan Jambi masih terpisah oleh laut,” tuturnya.