Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi dari Kota Solo...

Kompas.com - 22/02/2011, 07:59 WIB

KOMPAS.com - Ribuan warga bertepuk tangan meriah, Minggu (20/2/2011), tatkala kain putih selubung railbus Solo—kereta baru pengumpan Solo-Wonogiri—dilucuti. Luar biasa dan mengharukan! Sambutan warga tetap meriah di tengah guyuran hujan deras di Jalan Slamet Riyadi di pusat Kota Solo itu.

Railbus buatan PT Inka, Madiun, dengan dana dari Ditjen Perkeretaapian itu akan melayani jalur Solo-Wonogiri. Angkutan ini mengantar penumpang dari Wonogiri ke pusat kota.

Setelah itu, warga Wonogiri dapat transit di Stasiun Purwosari, Kota Solo, berlanjut dengan kereta lain menuju Yogyakarta, atau bahkan Jakarta atau Surabaya.

Solo. Inilah kota yang memilih mempertahankan transportasi massal ketimbang mengaspal rel kereta api seperti kota lainnya.

Dengan bijaksana, Wali Kota Solo Joko Widodo memilih mengucurkan uang rakyat untuk membeli bus tingkat wisata, yang bersama dengan railbus, diresmikan oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono.

Bus tingkat ini mirip bus sightseeing, dengan atap terbuka seperti di Tokyo, Singapura, Madrid, atau kota dunia lainnya. Bus ini digunakan untuk melongok situs menarik di Solo dengan sepandangan mata.

Memang baru ada satu bus tingkat karena DPRD Kota Solo menolak alokasi anggaran lebih besar. Namun, tak mengapa, Solo tetap pionirnya, menjadi kota pertama dengan infrastruktur bus tingkat bagi turis yang mengunjungi kota itu.

Buruknya infrastruktur memang menjadi persoalan negeri ini, yakni bagi turis, terutama juga pebisnis, yang datang di suatu kota. Besar harapan, transportasi yang semakin prima mendatangkan pebisnis dan turis, dengan efek tumbuhnya perekonomian lokal. Dengan demikian, investasi Rp 16 miliar bagi railbus dan Rp 1,7 miliar bagi bus tingkat bisa balik modal sesegera mungkin. Setelah itu dana dapat digulirkan lagi untuk membangun transportasi umum lainnya.

Solo memang telah merajut mimpinya menjadi kota humanis, kota yang lebih baik bagi warganya. Jalur lambat di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi, misalnya, telah diubah menjadi jalur pejalan kaki. Demikian pula trotoar dari Mangkunegaran menuju Jalan Slamet Riyadi juga diperlebar.

Tanpa gembar-gembor, Solo menolak mengekor kesalahan Jakarta dalam mengatasi kemacetan. Joko Widodo tidak ingin Solo seperti Jakarta yang menderita kerugian Rp 35 triliun per tahun. Ia tidak ingin warganya menjadi tua di jalan.

Lima belas unit Trans-Batik Solo kini dijalankan Pemerintah Kota Solo dengan konsisten. Sebelumnya, Pemkot Solo telah membangun area traffic control berbiaya Rp 21 miliar dalam lima tahun untuk mengontrol lalu lintas. Di masa depan akan dipasang variable message sign untuk menghindari kemacetan.

Kini, Solo juga mulai memimpikan trem seiring rencana pembangunan rel dari Gladak-Pasar Gede-Stasiun Jebres. Nantinya ada jalur loop Stasiun Purwosari-Slamet Riyadi-Gladak-Pasar Gede-Stasiun Jebres-Stasiun Balapan.

Boleh jadi, beberapa tahun mendatang kita sudah dapat naik trem di Solo, seperti trem Citadis di Barcelona, Madrid, Jerusalem, dan Istanbul. Kota menjadi lebih manusiawi, dengan berkurangnya emisi gas buang dan transportasi yang lancar.

Bagaimana revolusi transportasi dapat dimulai dari Solo?

Tentu saja ini berkat kepemimpinan Jokowi—sapaan akrab Joko Widodo. Sebagai pengusaha, dia mengerti betul betapa kelancaran perdagangan perlu didukung transportasi mumpuni dan betapa ekonomi suatu kota meningkat bila kota itu diminati untuk bermukim dan berusaha. Suatu kondisi yang dimungkinkan bila mobilitas orang-barang tanpa hambatan.

Jokowi juga mau mendengarkan ahli transportasi, seperti Djoko Setijowarno dari Unika Soegijapranata. Bila kota-kota lain ingin sehumanis Solo, tentu saja kini sudah ada laboratorium hidup Kota Solo. Datanglah ke Solo, pelajarilah, dan terapkanlah! (HARYO DAMARDONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com