Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Naik Lagi

Kompas.com - 24/02/2011, 03:21 WIB

London, Rabu - Harga minyak mentah Brent dalam perdagangan di London, Rabu (23/2), terus meningkat seiring kekhawatiran meluasnya kerusuhan di Libya dan anjloknya pasokan minyak. Di pasar Asia, harga patokan minyak mentah juga menyentuh harga tertinggi sejak Oktober 2008.

Pada perdagangan Rabu pagi, harga minyak mentah Brent naik 1,52 dollar AS per barrel menjadi 107,3 dollar AS per barrel. Adapun harga patokan minyak mentah di Asia untuk pengiriman bulan April mencapai 95,89 dollar AS per barrel, setelah sehari sebelumnya melonjak 6,4 persen ke posisi 95,42 dollar AS per barrel.

Harga minyak mentah Brent semakin tinggi karena sejumlah produsen di Libya, seperti Repsol, Eni, dan Wintershall, menghentikan produksinya. Analis dari MF Global menyebut, produksi minyak dunia kini berkurang 300.000 barrel per hari. Pengurangan produksi sangat mungkin berlanjut karena dampak kerusuhan di dalam negeri Libya belum bisa diprediksi.

”Protes di Libya meningkatkan risiko pasokan minyak,” tulis Goldman Sach dalam laporannya. Firma investasi global itu sebelumnya memperkirakan harga minyak mentah akan naik hingga 103 dollar AS per barrel dalam 12 bulan.

Fokus kini mengarah ke Arab Saudi, setelah Raja Abdullah mengucurkan dana tambahan 10,7 miliar dollar AS untuk meredakan keresahan rakyatnya. Investor khawatir, penurunan pasokan bertambah parah jika kerusuhan sampai merambah negara produsen minyak terbesar yang memasok 10 persen kebutuhan dunia itu.

”Arab Saudi kini dikepung revolusi yang terjadi di negara di sekitarnya. Jika situasinya memburuk, tak hanya pasar energi dunia yang terganggu. Pemulihan ekonomi di negara berkembang juga bisa berantakan,” ujar Richard Soultanian, analis energi dari NUS Consulting.

Pengamat lainnya memperkirakan terjadi fluktuasi tajam harga minyak seperti era 1970-an, ketika embargo yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebabkan kelangkaan bahan bakar di AS.

”Situasi ini mengingatkan pada tahun 1970-an. Harga minyak melonjak sebagai akibat langsung salah satu barometer tertua, yaitu ketegangan politik di Timur Tengah. Tak ada yang bisa diharapkan selain harga yang fluktuatif selama berbulan-bulan,” kata Anthony Michael Sabino, guru besar Sekolah Bisnis St John University.

Jaminan

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi mencoba meredakan ketegangan. Dia menjamin, negara-negara anggota OPEC siap memproduksi minyak lebih banyak untuk mengompensasi penurunan produksi di Libya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com