Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pebisnis Perempuan Jarang Terkena Kredit Macet

Kompas.com - 24/03/2011, 12:03 WIB

KOMPAS.com - Perempuan, saat memilih fokus berwirausaha, cenderung akan menjalankan apapun jenis bisnisnya dengan penuh perhitungan. Maklum saja, usaha ini dimotivasi untuk menyejahterakan kehidupan dirinya dan terutama keluarga. Mereka juga membutuhkan dukungan komunitas yang saling menguatkan.

Semangat dan jiwa wirausaha inilah yang membuat banyak perempuan sukses dalam berbisnis. Bank Negara Indonesia (BNI) menemukan fenomena yang terjadi empat tahun terakhir, bahwa terjadi lonjakan perempuan yang berwirausaha, lebih dari 40 persen. BNI mencatat, dari sekitar 58.000 usaha kecil, 25 persennya (sekitar 12.000) dijalankan oleh perempuan. Jumlah inipun mengalami peningkatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

"Beberapa tahun sebelumnya, jumlah usaha kecil yang dijalankan perempuan kurang dari 15 persen, kini jumlahnya mencapai 25 persen," jelas Ayu Sari Wulandari, Wakil Pemimpin Divisi Usaha Kecil BNI, saat temu media menjelang puncak acara "Wanita Wirausaha BNI-Femina" beberapa waktu lalu di Jakarta.

Menurut Ayu, terjadi fenomena yang juga tak kalah menarik. Entrepreneur perempuan memiliki NPL (non performing loan), atau istilah sederhananya "kredit macet" di perbankan, lebih rendah. "Perempuan cenderung datang ke bank kalau merasa sudah mapan dalam bisnisnya, inilah salah satu faktor mengapa NPL pebisnis perempuan lebih rendah," tambah Ayu.

Pertumbuhan entrepreneur perempuan di Indonesia dirasakan sendiri secara langsung oleh BNI melalui berbagai program binaannya. Di Palembang, sekitar 500 perempuan bergerak di bisnis fashion tiga tahun terakhir. Bisnis di bidang desain dan industri kreatif ini memiliki NPL nol dan produk fashion-nya pun telah menembus pasar Eropa. Kampung Batik Lasem di Pekalongan juga tak kalah pertumbuhannya, begitu juga Kampung Ulos di Samosir. Di Ciampea, 18.000 perempuan juga aktif merintis bisnis.

"Perempuan lebih kuat saat berjejaring dalam komunitas. Secara alami, perempuan punya karakter yang sama, saat berkumpul dalam komunitas mereka akan saling mengontrol. Perempuan juga cenderung punya rasa malu lebih tinggi, mereka tak ingin mempermalukan diri atau keluarga sehingga bisnisnya dijalankan dengan penuh perhitungan, tanpa terlilit utang. Sistem tanggung renteng menjadi kekuatan perempuan dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya," jelas Ayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com