Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Indonesia Tujuan Utama Investasi Jepang

Kompas.com - 25/03/2011, 13:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menyatakan, Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi Jepang utama di ASEAN pada 2010.

Hal ini terungkap dalam seminar “Hasil Angket Investasi Perusahaan Jepang ke Luar Negeri Tahun 2010”, Kamis (24/3/2011) di Hotel Intercontinental, Jakarta Pusat.

Hasil angket merupakan survei yang dilakukan melalui kunjungan atau wawancara via telepon, sejak bulan Juli sampai November 2010, terhadap 605 perusahaan Jepang, yang terdiri atas produsen peralatan elektronik sebanyak 17,9 persen, otomotif 17,5 persen, dan kimia 14,5 persen, dan beroperasi sejak 1989.

Terungkap dari hasil angket, enam negara penerima investasi Jepang terbesar pada tahun 2010 terdiri dari China, India, Vietnam, Thailand, Brasil, dan Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, pembicara yang antara lain dihadiri Kepala Cabang JBIC Jakarta Satake Takanori dan International Planning and Research Office of International Management Mimura Toshiharu mengutarakan kemungkinan bertambahnya investasi Korea Selatan yang diprediksi semakin banyak di negara ASEAN.

Pada kesempatan itu, para pembicara juga menjelaskan tentang upaya pemulihan setiap perusahaan setelah guncangan Lehmann.

Berdasarkan hasil survei, sebanyak 73 persen perusahaan berhasil pulih. Dari jumlah itu, sebanyak 77,9 persen perusahaan melakukan pemotongan biaya produksi, sedangkan 61,4 persen melakukan pemulihan dengan menambah penjualan produk di luar negeri.

Lebih lanjut dijelaskan, penyebab meningkatnya investasi Jepang di Indonesia, yang sebelumnya menempati peringkat ke-8, karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, tenaga kerja yang murah dan melimpah.

Tidak hanya itu, hasil survei juga menunjukkan beberapa hal yang ditakutkan perusahaan Jepang untuk berinvestasi di Indonesia. “Banyak dari investor Jepang yang mengeluhkan keamanan di Indonesia, terutama saat terjadi bom Bali tahun 2002, tindakan ekstrem Muslim yang menganut garis keras, serta flu burung,” ujar Mimura, seraya menambahkan, “Namun, kestabilan mulai terbentuk pada tahun 2004 dan semakin membaik diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak pemerintahan SBY.” ( Budi Prasetyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Kuat Redam Dampak Potensi Konflik Pascaserangan Iran

    Ekonomi Indonesia Dinilai Cukup Kuat Redam Dampak Potensi Konflik Pascaserangan Iran

    Whats New
    Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

    Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

    Whats New
    Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 16 April 2024

    Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 16 April 2024

    Spend Smart
    'Skenario' Konflik Iran dan Israel yang Bakal Pengaruhi Harga Minyak Dunia

    "Skenario" Konflik Iran dan Israel yang Bakal Pengaruhi Harga Minyak Dunia

    Whats New
    Ekonomi China Tumbuh 5,3 Persen pada Kuartal I-2024

    Ekonomi China Tumbuh 5,3 Persen pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Resmi Melantai di BEI, Saham MHKI Ambles 9,3 Persen

    Resmi Melantai di BEI, Saham MHKI Ambles 9,3 Persen

    Whats New
    Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

    Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

    Whats New
    Naik Rp 6.000 Per Gram, Cek Rincian Harga Emas Antam 16 April 2024

    Naik Rp 6.000 Per Gram, Cek Rincian Harga Emas Antam 16 April 2024

    Earn Smart
    Resmi Melantai di BEI, Harga Saham ATLA Melesat 35 Persen

    Resmi Melantai di BEI, Harga Saham ATLA Melesat 35 Persen

    Whats New
    Bulog Serap 120.000 Ton Gabah Lokal Selama Libur Lebaran

    Bulog Serap 120.000 Ton Gabah Lokal Selama Libur Lebaran

    Whats New
    Mengawali Perdagangan Usai Libur Lebaran, IHSG Ambruk 2,8 Persen, Rupiah Jeblok 1,51 Persen

    Mengawali Perdagangan Usai Libur Lebaran, IHSG Ambruk 2,8 Persen, Rupiah Jeblok 1,51 Persen

    Whats New
    Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, KAI Proyeksi Hari Ini Ada 900.000 Pengguna KRL

    Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, KAI Proyeksi Hari Ini Ada 900.000 Pengguna KRL

    Whats New
    Info Pangan 16 April 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Naik, Cabai Turun

    Info Pangan 16 April 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Naik, Cabai Turun

    Whats New
    IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Lebaran, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Lebaran, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

    Earn Smart
    Pemerintah Antisipasi Dampak Ekonomi dari Konflik Iran-Israel

    Pemerintah Antisipasi Dampak Ekonomi dari Konflik Iran-Israel

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com