Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Masih Ogah Naikkan Harga Premium

Kompas.com - 10/04/2011, 15:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga minyak kembali merangkak naik dan mencetak rekor baru. Harga minyak jenis Brent untuk kontrak Mei 2011 menyentuh level 126,65 dollar AS per barrel. Angka ini menjadi level tertinggi baru sejak 4 Agustus 2008. Sementara harga minyak light sweet di New York untuk kontrak Mei 2011 juga naik ke level 112,91 dollar AS per barrel.

Meski begitu, nyatanya pemerintah hingga saat ini masih ngotot untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi atau premium. "Kami saat ini masih memantau secara harian, bagaimana pengaruhnya terhadap harga BBM," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Evita Herawati Legowo, akhir pekan ini.

Evita memang tak memungkiri kenaikan harga minyak dunia telah menyebabkan penurunan konsumsi Pertamax. Pasalnya, akibat kenaikan harga minyak dunia, harga Pertamax pun turut melambung. Saat ini, harga Pertamax berada di level Rp 8.600 per liter. Pemerintah sendiri mengaku tidak bisa mengendalikan harga Pertamax lantaran BBM jenis nonsubsidi ini mengikuti harga minyak dunia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, konsumsi Pertamax pada Januari mencapai 62.727 kiloliter. Sementara konsumsi pada Februari tercatat menjadi 53.054 kiloliter atau menurun sekitar 15 persen. Sementara itu, konsumsi Pertamax pada Maret 2011 juga tercatat menurun.

Pada bulan ini pun konsumsi Pertamax juga masih tercatat menurun. Sayangnya, ia mengaku belum bisa memaparkan berapa besar penurunannya. "Penurunannya tidak sampai 20 persen. Mungkin sekitar 10 persen,” tandasnya.

Sementara itu, pengamat perminyakan, Kurtubi, menilai, jika melihat harga minyak yang terus merangkak naik, sebaiknya pemerintah mulai memikirkan kebijakan untuk menaikan harga premium.

Tampaknya, harga yang dibayar oleh rakyat jauh lebih mahal karena dipaksa beli Pertamax yang harganya sangat tinggi, sekarang saja sudah Rp 8.600 per liter, nanti pertengahan April bisa Rp 9.000 per liter. "Sebaiknya naikan harga premium sebesar Rp 1.000 per liter,” ujar Kurtubi. (Irma Yani/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com