Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Satu Opsi, Pertamax Dipatok Rp 7.500

Kompas.com - 18/04/2011, 07:56 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Pemerintah membuat empat opsi pembatasan bahan bakar minyak yang dapat dipakai sewaktu-waktu pada 2011. Salah satunya adalah menetapkan harga jual pertamax pada level maksimal Rp 7.500 per liter tanpa memedulikan harga keekonomiannya yang bisa saja meningkat. Opsi ini diperkirakan akan menambah subsidi BBM yang menjadi beban APBN.

"Itu salah satu opsinya, tetapi saya belum tahu seberapa besar dampaknya terhadap penambahan subsidi BBM di APBN yang harus diperhitungkan Kementerian Keuangan," ujar Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/4/2011), saat berbicara dalam diskusi media bertemakan "Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia terhadap Kenaikan Harga Minyak dan Inflasi".

Dalam paparannya, Edy menunjukkan bahwa pengaturan harga pertamax itu ada pada opsi keempat. Pada opsi ini semua kendaraan umum, kendaraan pribadi roda dua atau tiga, dan angkutan pelat kuning diperbolehkan menggunakan premium pada harga Rp 4.500 per liter. Namun, kendaraan pribadi harus menggunakan pertamax dengan harga beli Rp 7.500 per liter.

Menurut Edy, pemerintah mengkaji keempat skenario pengendalian BBM bersubsidi itu. Namun, belum satu pun dari opsi itu yang dilaksanakan pemerintah karena masih melihat fluktuasi harga minyak mentah di pasar dunia. Harga minyak mentah dinilai masih memiliki risiko kenaikan harga sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada harga jual BBM di luar negeri.

"Setiap opsi pasti berimplikasi terhadap APBN. Kami melakukan skenario untuk berjaga-jaga. Mana yang akan dipilih, itu akan bergantung pada dinamika harga minyak dan mempertimbangkan dampaknya terhadap inflasi," ujarnya.

Dalam dokumen Kementerian Koordinator Perekonomian diketahui bahwa selain opsi penetapan harga pertamax itu, ada tiga opsi lainnya.

Opsi pertama, untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi diatur penggunaan sekaligus penjatahan volume BBM bersubsidi menggunakan alat deteksi berbasis frekuensi radio (RFID). Dalam skenario ini, subsidi BBM hanya diberikan kepada pengguna kendaraan pelat kuning, roda dua atau tiga, dan kendaraan layanan umum.

Skenario kedua, pengaturan pengguna yang diimbangi dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Adapun opsi ketiga, penyesuaian harga bahan bakar minyak diimbangi dengan pemberian subsidi langsung menggunakan alat kendali kartu prabayar. (OIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Lanjutkan Bagi-bagi 'Rice Cooker' Gratis, Anggaran Rp 85 Miliar

Pemerintah Lanjutkan Bagi-bagi "Rice Cooker" Gratis, Anggaran Rp 85 Miliar

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 4 Juni 2024 Mayoritas Naik, Tepung Terigu Turun Tipis

Harga Bahan Pokok Selasa 4 Juni 2024 Mayoritas Naik, Tepung Terigu Turun Tipis

Whats New
Pemerintah Sudah Bayarkan Rp 10,89 Triliun untuk Gaji ke-13 ASN, TNI, dan Polri

Pemerintah Sudah Bayarkan Rp 10,89 Triliun untuk Gaji ke-13 ASN, TNI, dan Polri

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Tarif Listrik Setelah Juni 2024 Bakal Naik? Ini Kata Kementerian ESDM

Tarif Listrik Setelah Juni 2024 Bakal Naik? Ini Kata Kementerian ESDM

Whats New
Kekhawatiran Ekonomi Bebani Investor, Dow Jones Turun Lebih dari 115,2 Poin

Kekhawatiran Ekonomi Bebani Investor, Dow Jones Turun Lebih dari 115,2 Poin

Whats New
Mengintip Peluang Usaha Nasi Goreng, Berapa Modal dan Keuntungannya?

Mengintip Peluang Usaha Nasi Goreng, Berapa Modal dan Keuntungannya?

Smartpreneur
Anggaran Subsidi Listrik 2025 Diprediksi Rp 88 Triliun, Naik Rp 15 Triliun

Anggaran Subsidi Listrik 2025 Diprediksi Rp 88 Triliun, Naik Rp 15 Triliun

Whats New
Ada 'Jamu Manis', BI Pede Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 12 Persen

Ada "Jamu Manis", BI Pede Pertumbuhan Kredit Perbankan Capai 12 Persen

Whats New
Cara Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan via Lapak Asik

Cara Klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan via Lapak Asik

Whats New
Cara Bayar Cicilan KPR BTN via Aplikasi dan ATM

Cara Bayar Cicilan KPR BTN via Aplikasi dan ATM

Spend Smart
Bank Neo Commerce Berhasil Membalik Rugi Jadi Laba pada Kuartal I-2024

Bank Neo Commerce Berhasil Membalik Rugi Jadi Laba pada Kuartal I-2024

Whats New
Tembus Pasar Global, Aprindo Gandeng Anak Usaha Garuda Indonesia

Tembus Pasar Global, Aprindo Gandeng Anak Usaha Garuda Indonesia

Whats New
Cara Ganti Kartu ATM BRI 'Expired' lewat Digital CS

Cara Ganti Kartu ATM BRI "Expired" lewat Digital CS

Whats New
Pemkab Gencarkan Pasar Murah, Inflasi di Lebak Turun Jadi 2,1 Persen Per Mei 2024

Pemkab Gencarkan Pasar Murah, Inflasi di Lebak Turun Jadi 2,1 Persen Per Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com