Jakarta, Kompas
”Pada awal minggu kedua bulan Juni (2011), kami harus ke China untuk mengikuti rapat teknis yang digelar setahun dua kali. Ini perundingan teknis bilateral hanya dengan China. Kami akan usulkan threshold defisit,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Industri, Kementerian Koordinasi Perekonomian Edy Putra Irawady di Jakarta, Jumat (13/5) pekan lalu, saat dialog publik bertema ”Unthinkable Trade Financing”.
Menurut Edy, data defisit neraca perdagangan Indonesia-China sangat meragukan karena berbeda nilai. Catatan Indonesia, defisit atas China 5 miliar dollar AS, sementara China hanya mencatat 2 miliar dollar AS. Pertanda ada masalah teknis di antara kedua negara.
”Jika data sudah disesuaikan antarkedua pihak dan meluruskan perhitungan perdagangan itu, kami akan membahas masalah ambang batas defisit yang dianggap pantas,” ujarnya.
Untuk meluruskan data kedua pihak, Indonesia juga akan mengusulkan agar sistem informasi kepabeanan berbasis online nasional (National Single Windows/NSW) milik Indonesia digunakan juga oleh China. Jika itu dilakukan, Indonesia dan China dapat bertukar data surat keterangan asal (SKA).
Keterbukaan SKA antarkedua negara akan memudahkan identifikasi aliran barang yang keluar-masuk Indonesia. Sebagai contoh, barang yang diekspor ke Singapura sering dikapalkan lagi ke China. Padahal di Indonesia, barang-barang itu tidak untuk ekspor ke China.