Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina: Harga Pertamax Transparan

Kompas.com - 19/05/2011, 07:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Manajemen PT Pertamina (Persero) menyatakan, lebih rendahnya harga bahan bakar minyak nonsubsidi merek lain dibandingkan dengan pertamax merupakan strategi pesaing. Perseroan itu mengklaim menetapkan harga pertamax sesuai dengan kondisi riil di pasaran.

Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Djaelani Sutomo menyampaikan hal itu seusai menghadiri pembukaan Pameran dan Konvensi Industri Minyak dan Gas Bumi yang diprakarsai Asosiasi Perminyakan Indonesia, Rabu (18/5/2011) di Jakarta.

Sebelumnya, PT Pertamina menaikkan harga pertamax akhir pekan lalu dari Rp 9.050 per liter menjadi Rp 9.250 per liter. Sementara beberapa produk bahan bakar minyak (BBM) merek lain bertahan pada harga Rp 9.050 per liter (Kompas, 18/5/2011). Sebelumnya, PT Pertamina selalu menaikkan harga pertamax lebih dulu dibandingkan dengan produk BBM nonsubsidi sejenis yang dijual di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) asing.

Menurut Djaelani, lebih rendahnya harga produk BBM merek lain dibandingkan dengan pertamax merupakan strategi pihak SPBU asing sebagai pesaing pasar. ”Itu, kan, strategi mereka. Sebetulnya harganya sama. Apakah mau dinaikkan atau tidak, apa strateginya rugi, kan, kita tidak tahu. Kami ini riil harganya, tidak ada satu hal yang ditutupi,” katanya.

Djaelani juga mengklaim telah mengelola bisnis hilir PT Pertamina secara efisien, terutama dalam memproduksi dan memasarkan pertamax dan produk BBM nonsubsidi lain. ”Pertamax diproduksi sendiri di kilang Pertamina, tidak ada yang melalui pedagang,” ujar Djaelani.

Pertamax selama ini diproduksi Kilang Balongan. Pasokan minyak mentah untuk kilang itu berasal dari minyak hasil produksi dalam negeri. Selain itu, Kilang Balongan menghasilkan high octan mogas component (HOMC), zat penambah oktan, yang kemudian dikirim ke kilang-kilang lain.

Djaelani mengakui, kenaikan harga pertamax menurunkan volume penjualan BBM nonsubsidi itu, tetapi tidak drastis. Meskipun demikian, perseroan itu optimistis bahwa pertamax tetap akan bisa bertahan di pasaran karena memiliki konsumen yang mencintai produk dalam negeri. (EVY)

Lebih Lengkap Baca di KOMPAS

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com