JAKARTA, KOMPAS.com — Royal Dutch Shell plc (Shell) hari ini mengumumkan keputusan untuk memulai pembangunan Prelude Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) di Australia. FLNG adalah proyek pembangunan fasilitas pengolahan gas alam cair terapung (floating LNG) pertama di dunia.
"FLNG sebagai teknologi inovatif akan memungkinkan kami untuk mengembangkan ladang gas lepas pantai yang apabila dilakukan dengan cara lain akan menjadi terlalu mahal untuk dikembangkan," kata Malcolm Brinded, Direktur Eksekutif Shell Bidang Hulu/Eksplorasi Internasional.
"Keputusan kami untuk melanjutkan proyek ini merupakan terobosan besar untuk industri LNG dan akan memberikan dorongan yang signifikan untuk membantu memenuhi permintaan dunia yang berkembang untuk bahan bakar fosil yang bersih," lanjut Brinded.
Ia menambahkan, teknologi FLNG merupakan inovasi menarik sebagai pelengkap LNG di darat yang dapat membantu mempercepat pengembangan sumber daya gas. Dari haluan hingga buritan, fasilitas FLNG Shell akan memiliki panjang 488 meter dan akan menjadi fasilitas lepas pantai terapung terbesar di dunia—lebih panjang dari empat lapangan sepak bola.
Apabila telah sepenuhnya lengkap dengan tangki penyimpanan yang penuh terisi, beratnya akan mencapai 600.000 ton—kira-kira enam kali lipat lebih berat dari kapal induk terbesar yang ada di dunia. Lebih kurang 260.000 ton dari berat itu akan terdiri dari baja—sekitar lima kali lebih banyak daripada jumlah baja yang digunakan untuk membangun Sydney Harbour Bridge. Fasilitas ini telah dirancang untuk menahan badai siklon terberat, yang berada dalam kategori 5.
Pembawa LNG antarsamudra akan mengangkat gas cair, mendinginkan hingga mencapai titik minus 162 celsius, dan menyusutkan volumenya hingga 600 kali lipat, bersama produk lainnya, akan dikirimkan langsung dari fasilitas di laut ke berbagai pasar di seluruh dunia.
Sampai saat ini, pencairan gas lepas pantai selalu melibatkan pipa gas ke pabrik yang berlokasi di darat. Sekitar 110.000 barrel minyak yang setara dengan produksi per hari yang diharapkan dari Prelude harus mendukung setidaknya 5,3 juta ton per tahun (mtpa) cairan, yang terdiri dari 3,6 mtpa LNG, 1,3 metrik ton per tahun dari kondensat, dan 0,4 metrik ton per tahun dari bahan bakar gas cair.
Fasilitas FLNG akan menjadi permanen dan ditambatkan di ladang gas Prelude selama 25 tahun, dan dalam tahap pembangunan setelahnya dapat memproduksi dari ladang lain di daerah di mana Shell berkepentingan. Ann Pickard, Shell Country Chair di Australia, mengatakan, proyek ini akan menjadi game changer bagi industri energi.
"Kami akan menggunakan teknologi revolusioner ini untuk pertama kalinya di perairan Australia, di mana hal tersebut akan menambah dimensi lain untuk industri gas yang telah mengemuka di Australia," ujarnya.
Keputusan Shell untuk merealisasikan LNG terapung merupakan puncak dari penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan lebih dari satu dasawarsa. Ini didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman Shell dalam produksi lepas pantai, pencairan gas, pengiriman LNG, dan pengerjaan proyek-proyek besar yang mengintegrasikan rantai nilai gas, dari sumber mata air ke perapian.
Proyek LNG Terapung Prelude akan menjadi proyek hulu pertama di Australia, dengan Shell sebagai operatornya. Australia merupakan salah satu lokasi kunci bagi pertumbuhan Shell dan investasi hulu Shell di Australia seharusnya mencapai sekitar 30 miliar dollar AS selama lima tahun ke depan, termasuk Prelude dan proyek Gorgon, serta aktivitas eksplorasi yang sedang dilakukan dan studi kelayakan di negeri tersebut.
LNG Terapung Prelude merupakan bagian dari portofolio industri Shell dalam opsi pertumbuhan jangka menengah, di mana perusahaan memiliki sekitar 30 proyek hulu baru yang berada dalam kajian di seluruh dunia, untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.