Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Akan Teliti Importir Film Baru

Kompas.com - 23/06/2011, 08:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah lebih teliti dalam memilih perusahaan baru yang akan mengimpor film ke Indonesia. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menjaga agar perusahaan baru tersebut bukan sebagai cara agar perusahaan yang dilarang bisa mengimpor film kembali.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono akan memeriksa kembali perusahaan-perusahaan baru importir film yang baru saja mendaftar di Bea Cukai. Saat ini, kata dia sudah ada beberapa perusahaan importir baru yang akan memasukkan film ke Indonesia. “Ada beberapa yang sudah mengajukan,” kata Agung, Rabu (22/6/2011)

Agung mengatakan akan mengecek keberadaan perusahaan importir baru tersebut. Apakah pemiliknya sama dengan dua perusahaan yang saat ini masih dilarang mengimpor film. Kemudian apakah jajaran direksinya sama dengan direksi dua perusahaan yang terkena larangan. “Jadi bukan hanya perusahaannya saja yang dilihat tapi direksinya juga, jangan sampai ini hanya cara melarikan dari posisi tidak boleh menjadi jadi boleh, kalau sama dengan juragan-juragan yang lama ya tidak boleh,” katanya.

Untuk menjadi importir, prosedurnya dengan mengajukan izin Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. “Setelah diproses baru mendapat NIK nomor induk kepabeanan,” katanya.

Menurut Agung saat ini sudah satu perusahaan yang diperbolehkan impor, sedangkan dua perusahaan lagi masih dilarang memasukkan film impor. “Yang satu sudah membayar pokok tunggakan tinggal dua yang tidak bisa impor,” katanya.

Agung mengatakan selain dua importir tersebut, sebenarnya ada sembilan importir lain yang terus melakukan kegiatan impor film. “Jadi banyak yang tetap melakukan impor, ada sembilan importir,” katanya.

Urusan impor film ini, kata Agung bukan boleh apa tidak boleh tapi apakah mau apa tidak impor film. “Tapi yang dua importir karena punya tunggakan dan tidak mau bayar, jadi di hold dulu,” katanya. (Bambang Rakhmanto/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com