Jakarta, Kompas
”Bea keluar itu sangat memengaruhi harga tandan buah segar (TBS). Akibat kenaikan bea keluar yang saat ini mencapai 20-25 persen, harga TBS bisa jatuh Rp 700-Rp 800 per kilogram. Dulu, ketika pungutan ini masih dinamai pungutan ekspor, bebannya tidak sebesar itu,” ujar Bambang Sardjito, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kepala Sawit Indonesia (Apkasindo) Kalimantan Timur di Jakarta, Kamis (30/6).
Bambang bersama sekitar 50 orang anggota Apkasindo mendatangi lobi Kantor Menteri Koordinator Perekonomian di Jalan Lapangan Banteng Timur secara tiba-tiba untuk berunjuk rasa menuntut penghapusan bea keluar minyak mentah sawit (crude palm oil/CPO).
Secara terpisah, Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susiwijono menyebutkan, realisasi penerimaan bea keluar hingga 23 Juni 2011 mencapai Rp 15,59 triliun.
Angkat itu setara dengan 637,07 persen di atas target 23 Juni 2011 yang ditetapkan Rp 2,447 triliun atau 305,26 persen di atas target setahun, yakni Rp 5,107 triliun. Sebagian besar sumber penerimaan bea keluar adalah dari ekspor minyak mentah sawit.
Sementara itu, dari Sungai Lilin, Sumatera Selatan, hasil panen kelapa sawit petani turun 10-20 persen selama dua bulan terakhir. Selain karena memasuki musim turun produksi antara April-Juli setiap tahunnya, turunnya produksi kelapa sawit juga diperparah curah hujan yang tak menentu.