Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Atlet Perlu Kail, Bukan Ikan...

Kompas.com - 06/07/2011, 05:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Berilah kail, jangan ikannya. Pepatah itulah yang kira-kira bisa memberikan pelajaran berharga kepada mantan atlet untuk mengejar kehidupan layak melalui kerja keras dengan bantuan yayasan atau pihak swasta.

Demikian diungkapkan mantan lifter nasional peringkat delapan besar olimpiade, Hadi Wihardja, dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (6/7/2011), terkait dukungan para mantan atlet atas berdirinya Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) yang bernaung di bawah Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) di Jakarta. Hadi dan para mantan atlet lain berharap, segala bantuan yang diberikan sebaiknya bukan lagi dalam bentuk dana, melainkan lebih tepat pembinaan yang mengarah pada bidang usaha.

"Bantuan berupa dana, rumah, dan beberapa penghargaan lain sering diberikan kepada mantan atlet yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan. Tapi, karena mereka tidak bisa memanfaatkannya, bantuan itu akhirnya lenyap juga dan kembali pada kehidupan semula. Ini seharusnya menjadi catatan pengusaha dan yayasan yang hendak memberikan bantuan kepada mantan atlet nasional," ujar Hadi.

Ia tak memungkiri, banyak sudah pemberian bantuan kepada mantan atlet yang dilakukan saat posisi Menpora masih dijabat Adhyaksa Dault. Dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) setiap tahun, Adhyaksa selalu mengupayakan bantuan rumah dan uang kepada para mantan atlet berprestasi, baik di tingkat regional maupun SEA Games.

"Kenapa kalau bantuan berupa dana atau rumah belum bisa menyejahterakan kehidupan mantan atlet? Karena setelah menyimak dan mempelajari kehidupan mereka, ternyata banyak mantan atlet yang belum bisa memanfaatkan bantuan itu," katanya.

Untuk itu, lanjut Hadi, dirinya mengimbau agar bantuan kepada atlet diberikan dalam bentuk bidang usaha atau asuransi. Ia berharap bantuan semacam itu bermanfaat secara long term dan menjamin harapan kehidupan mereka di masa mendatang atau masa tuanya. 

Ingin usaha

Niko Thomas, mantan petinju kelas terbang dunia versi WBF, juga berpendapat senada. Menurut dia, apa pun bentuknya, selama ini sokongan dari pihak swasta sangat tepat.

"Pasalnya, banyak mantan atlet kini berada di bawah garis kemiskinan. Mereka hidup tanpa pekerjaan yang layak. Bantuan asuransi kesehatan atau beasiswa kepada putra-putri mantan atlet lebih tepat guna, itu tentu saja, selain dana untuk usaha," ungkap Niko.

Namun, kondisi seperti itu belum dilakukan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Ia mengaku, setiap kali pihak swasta datang untuk memberikan bantuan dalam bentuk yayasan, setiap kali pula mandek di tengah jalan. 

"Kondisi seperti itu jangan sampai terjadi dua kali. Kami berharap pihak swasta lebih peduli kepada mantan atlet nasional untuk mengejar kehidupan layak, minimal memberikan jalan mendapatkan bidang usaha dengan modal awal," kata Niko.

Niko mengatakan, dia dan rekan-rekannya sesama mantan atlet sangat mengharapkan dukungan tersebut. Bagaimanapun juga, kata dia, tanggung jawab kemajuan olahraga di Indonesia merupakan tanggung jawab semua anak bangsa.

"Untuk itu, perlu ada wadah yang bisa mendukung dan mempersatukan anak bangsa agar bersama-sama berjuang membantu atlet dan mantan atlet, menjadikan Indonesia juara," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com