Jakarta, Kompas
Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani, Selasa (12/7) di Jakarta, mengatakan, sepanjang periode Januari-Juni, impor dari Malaysia memberikan kontribusi 24,7 persen dari total impor makanan dan minuman. Negara lainnya adalah China (12,9 persen), Thailand (10,2 persen), dan Singapura (7,9 persen).
Impor makanan dan minuman selama semester I-2011 naik cukup tinggi. Berdasarkan data GAPMMI, impor resmi mencapai 112,63 juta dollar AS, atau naik 15,71 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sekitar 81 persen impor makanan dan minuman masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Franky mengatakan, semakin membanjirnya produk Malaysia patut diwaspadai. Jika terus dibiarkan, pasar lokal akan semakin tergerus impor. ”Pemerintah harus segera memperbaiki daya saing nasional. Misalnya saja soal pasokan gas yang sampai sekarang masih tersendat,” katanya.
Kenaikan impor tertinggi, lanjutnya, terjadi pada bulan Mei. Alasannya, banyak pedagang yang menyiapkan stok untuk Lebaran. ”Selama Juni kenaikan impor makanan dan minuman hanya 4,5 persen, sedangkan pada bulan Mei mencapai 16,3 persen. Selain di daerah perbatasan, makanan dan minuman impor sudah membanjiri pasar-pasar modern di daerah perkotaan,” paparnya.
Menjelang puasa dan Lebaran, GAPMMI mengingatkan konsumen agar mewaspadai produk makanan dan minuman tak layak. Banyak beredar di pasaran produk kedaluwarsa dan produk ilegal karena tidak tercatat di Badan Pengawasan Obat dan Makanan.