JAKARTA, KOMPAS.com - Kelangkaan bahan bakar minyak bersubsidi, terutama jenis solar, di wilayah Sumatera dan Kalimantan dipicu maraknya praktik penyalahgunaan bahan bakar bersubsidi itu.
Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita H Legowo, Senin (18/7/2011) di Jakarta, stok nasional BBM bersubsidi mencukupi.
Jadi, setiap daerah sudah mempunyai jatah BBM bersubsidi. Misalnya, suatu daerah mendapat jatah 100.000 kiloliter per hari, kuota itu tetap atau tidak berkurang.
Sebetulnya PT Pertamina (Persero) sudah menyiapkan tambahan pasokan BBM bersubsidi. "Biasanya itu per kota. Kami inginnya cadangan nasional untuk premium sekitar 17 hari, setiap daerah minimum 10 hari, sudah disiapin semuanya," kata dia.
Namun, karena banyak terjadi praktik penyalahgunaan, terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar bersubsidi hingga melebihi kuota. "Jadi yang 100 menjadi 300, ini menjadi tidak terkejar. Sebenarnya ada barangnya," kata dia.
Padahal, Pertamina harus menjaga realisasi konsumsi BBM bersubsidi agar tidak jauh melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah.
Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas Tubagus Haryono menambahkan, krisis ketersediaan BBM bersubsidi disebabkan penyaluran bahan bakar bersubsidi itu diupayakan tidak melebihi kuota.
"Penambahan kuota BBM bersubsidi 1,9 juta kiloliter baru disepakati. Sebelum ada kesepakatan itu, kami tidak berani memenuhi permintaan daerah untuk menambah kuota," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.