Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Indonesia Tidak "Overheating"

Kompas.com - 19/07/2011, 12:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Chief Executive Officer Securities and Fund Services Neeraj Sahai mengatakan, masih banyak ruang bagi pasar modal Asia—dan tentu saja Indonesia—untuk bertumbuh. Mengutip pendapat Ray Prasad, Senior Portfolio Manager Batterymarch, Sahai menjelaskan, "Indonesia offers Chinese-style growth prospects".

Demikian dikatakan Sahai saat berbicara di dalam The 7th Annual Capital Market Update 2011, Selasa (19/7/2011) di Jakarta.

Menurut pengamat ekonomi Aviliani, tak ada itu overheating perekonomian Indonesia. "Indonesia masih akan tumbuh, apalagi tak seperti India dan China, belum ada investasi besar-besaran di infrastruktur," kata Aviliani.

Lambatnya pertumbuhan infrastruktur dan basis sumber daya alam yang besar menyebabkan Indonesia sebagai negara berkembang yang belum overheating. "Jadi, kita itu belum overheating," tegas Aviliani.

Terkait hal ini, ia menyebutkan kajian IMF, yang menyebutkan bahwa Cina dan India sudah mengalami hal ini. China sudah menarik pajak yang tinggi untuk aliran modal masuk. Hal ini dilakukan karena cadangan devisanya telah mencapai 2,7 triliun dollar AS.

"Makanya ada arus keluar dari Cina. Mau tak mau larinya ke Indonesia. Mengapa karena di India (pun) inflasi sudah sampai 8,89 persen," sebut dia. Dengan kondisi yang belum panas ini, ia mengatakan, bursa efek perlu bersiap untuk menerima aliran dana asing yang akan banyak masuk ke depannya.

Kondisi yang terjadi di Indonesia memang terbalik dengan kedua negara tersebut. Cina dan India justru telah melakukan investasi besar-besaran sejak 8-10 tahun yang lalu. Sementara, Indonesia cukup lamban dalam pertumbuhan sektor riilnya.

Sementara itu, Amerika dan Eropa tidak mengalami proses pemulihan secepat yang diperkirakan. Hal ini akan menambah derasnya aliran modal masuk ke Indonesia. Bahkan, ia menuturkan, rupiah akan menguat dalam empat tahun ke depan karena pemulihan di negara-negara tersebut akan berlangsung lama. Dengan demikian, ia menuturkan, "Kalaupun inflasi, (itu) bukan karena kebijakan moneter, atau uang beredar, tapi karena distribusi."

Menurut Aviliani, supaya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melejit, investasi harus disalurkan ke sektor riil. "Belilah mesin industri, dan pasarkan ke dalam negeri supaya pertumbuhannya berkelanjutan," ujarnya.

Dari awal tahun hingga 8 Juli 2011, IHSG pun tertinggi di Asia mencatatkan kinerja 8,11 persen, sementara bursa efek Malaysia 4,99 persen, Korea 6,31 persen, sebaliknya Shenzhen turun 6,92 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com