Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Langkah Antisipasi

Kompas.com - 18/08/2011, 02:50 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah menyiapkan empat langkah untuk mengantisipasi arus keluar modal asing dan dampak buruk penurunan ekonomi global. Langkah-langkah itu dinilai sejumlah pengamat dapat meyakinkan investor. Akan tetapi, pemerintah diingatkan agar mampu memastikan sekaligus mengatur kemampuan fiskalnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN 2012 Beserta Nota Keuangannya di Jakarta, Selasa (16/8), menyatakan, langkah-langkah itu adalah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dan pembelian kembali SBN dengan dana APBN. Selain itu, melalui pembentukan dana stabilisasi obligasi serta penyiapan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk mendukung stabilisasi pasar SBN domestik.

”Langkah antisipasi ini kita lakukan untuk memberikan sinyal positif bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini aman dan baik. Langkah-langkah ini, insya Allah, dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan bagi para pelaku ekonomi,” kata Yudhoyono.

Presiden mengakui bahwa akhir-akhir ini ekonomi dunia dilanda berbagai guncangan.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menyatakan, langkah-langkah itu secara prinsipiil bagus dan memberi kepercayaan diri terhadap pasar, khususnya asing, bahwa kondisi fiskal Indonesia sehat, sehingga mencegah mereka untuk menarik dananya secara tiba-tiba.

Akan tetapi, Lana mengingatkan kemampuan fiskal pemerintah. Berkaca dari pengalaman penanggulangan krisis keuangan tahun 2008, pemerintah harus mengeluarkan dana sekitar 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 36 triliun waktu itu. Di sisi lain, gagalnya pembentukan Euro- bond, kemarin, diperkirakan bakal menambah arus modal ke Asia termasuk ke Indonesia.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, kesepakatan dan kerja sama pemerintah dan BI terjalin baik. Ia juga memastikan anggaran antisipasi itu tersedia.

”Anggaran itu ada. Kita bekerja sama dengan BI. Kita sepakat ada bond stabilization framework, bisa menggunakan dana cadangan devisa sebagai alat moneter dan menggunakan SAL,” kata Agus.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono mengatakan, Bank Indonesia sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi masuknya dana asing atau capital inflow dalam jumlah besar ke Indonesia. Kesiapan itu diyakini dapat menangani dana asing yang lari ke negara-negara dengan ekonomi baik.

”Kita harus tahu apa yang kita jual. Kalau yang kita jual tidak ada, dana itu bisa masuk ke instrumen yang sifatnya spekulatif,” kata Hartadi.

Seperti yang diprediksi sejumlah pengamat ekonomi, kondisi Amerika Serikat tidak akan segera membaik kendati Bank Sentral AS, Federal Reserve, sudah mengeluarkan kebijakan suku bunga rendah, setidaknya selama dua tahun mendatang. Bahkan, diperkirakan, AS akan melaksanakan quantitative easing ke-3, beberapa waktu mendatang.

Quantitative easing adalah kelonggaran moneter, sebagai kebijakan moneter bank sentral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara membeli aset finansial perbankan. Quantitative easing ke-2 sudah berakhir pada Juni lalu.

Hartadi mengemukakan, AS tidak akan bisa berjalan baik apabila tidak melalui stimulus. Namun, stimulus di AS sangat tradisional, yakni quantitative easing yang seperti membuat uang lagi. (BEN/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com