Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik Gula Berlahan

Kompas.com - 22/08/2011, 03:35 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Kalangan produsen gula berbasis tebu dan petani meminta pemerintah membuat kebijakan pergulaan terintegrasi. Dalam pendirian pabrik gula, investor diwajibkan menyiapkan lahan sehingga pelaku usaha bisa meningkatkan daya saing tanpa merugikan satu dengan yang lain.

Lima pabrik gula baru akan dibangun oleh PT Kebun Tebu Mas di Lamongan, PT Gula di Kabupaten Mojokerto, PT Permata Tene di Kabupaten Probolinggo, PT Kencana Gula Manis di Kabupaten Blitar, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia di wilayah selatan Kabupaten Malang. Pendirian lima pabrik gula itu untuk memanfaatkan sekitar 200.000 hektar potensi lahan perkebunan tebu di Jawa Timur.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Adig Suwandi di Surabaya, Minggu (21/8), investasi pabrik gula tidak ada masalah selama pemilik modal mengutamakan pembangunan lahan kebun tebu. Setelah bahan baku tercukupi untuk minimum 70 persen, sambil terus meningkatkan areal, pabrik gula baru dibangun.

”Jangan pabrik dulu, baru menyiapkan lahan tebu, karena justru akan memanfaatkan raw sugar,” kata Adig.

Dikatakan sangat positif rencana sejumlah investor untuk membangun pabrik gula di beberapa daerah. Bertambahnya pabrik gula secara otomatis bisa mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap gula impor dan swasembada.

Sementara Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan, investor baru biasanya tidak menyiapkan lahan terlebih dahulu, tetapi justru membangun pabrik. Akibatnya, raw sugar menjadi andalan selama lahan belum memproduksi tebu karena butuh dua tahun.

Padahal, tidak mudah mencari lahan, apalagi di Pulau Jawa. ”Jadi, sebaiknya dicari daerah yang belum memiliki pabrik gula, tetapi lahan masih tersedia dan cocok untuk mengembangkan tebu. Sebab, idealnya pabrik gula harus memiliki 60 persen lahan sendiri,” kata Arum.

Dalam beberapa kesempatan, Gubernur Jatim Soekarwo menyatakan, persyaratan utama membangun pabrik gula adalah tidak mengolah bahan baku gula mentah impor. Dia juga melarang pendirian pabrik di wilayah yang telah memiliki pabrik gula.

Kedua syarat ini wajib dipenuhi pemerintah pusat ataupun investor jika ingin pendirian pabrik disetujui oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Pendirian pabrik gula juga harus bersinergi dengan program revitalisasi agar tidak menimbulkan gejolak sosial.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim Anna Luthfie mengatakan, pembangunan lima pabrik gula baru di Jatim harus bisa meningkatkan rendemen tebu industri pengolahan komoditas gula dari 6 persen menjadi 8 persen. Sebab, saat ini di Jatim sudah ada 31 pabrik gula yang menghasilkan kadar rendemen pada kisaran 5,8-6 persen.

Kendati demikian, dia berharap, produksi gula bisa naik dari 1,01 juta ton pada 2010 menjadi 1,6 juta pada 2014 melalui program revitalisasi 31 pabrik gula dan pendirian lima pabrik baru.

Gula kristal mentah

Adig menambahkan, impor gula kristal mentah untuk keperluan bahan baku industri makanan dan minuman yang terus meningkat saat ini sangat berpotensi merugikan produsen gula lokal berbahan baku tebu dan membuat persaingan tidak adil. Impor raw sugar saat ini mencapai 2,1 juta-2,4 juta ton per tahun. Akibatnya, sebagian gula rafinasi merembes ke pasar eceran sebagai gula konsumsi.

Apalagi impor raw sugar mendapatkan fasilitas bea masuk 0-5 persen selama empat tahun sejak pembangunan pabrik dan dapat diperpanjang untuk alasan ekspansi kapasitas.

Padahal, pabrik gula berkapasitas 5.000 ton tebu per hari atau tonnage cane per day (TCD) dapat menggiling tebu 750.000-1 juta ton untuk sekitar 180-200 hari, rendemen 7,5 persen, dengan perkiraan produksi gula 67.500-75.000 ton.

Untuk mengatasi idle capacity, maksimum raw sugar yang dapat diimpor 25 persen atau hanya 16.875-19.500 ton. Jika volume lebih, pabrik gula baru dapat diklasifikasikan ingin mengeruk keuntungan, yang justru berpotensi merugikan kepentingan petani tebu.

Tindakan seperti itu, kata Adig, harus dicegah, jangan sampai terulang pabrik berkapasitas hanya 2.000 TCD, tetapi mendapatkan izin mengimpor raw sugar lebih dari 125.000 ton.

Sementara itu, Direktur Utama PT Permata Tene Andre Vincent Wenas mengatakan, perusahaannya telah memiliki rencana detail terkait pendirian dan proses produksi berbasis tebu. Pabrik ini memiliki lahan 50 hektar, nilai investasi Rp 1,5 triliun, dan kapasitas produksi 8.000 ton tebu per hari. (ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com