Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih Nyaman Berada di Antara Sesama Wartawan

Kompas.com - 27/09/2011, 07:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Selasa, 27 September 2011, ini, Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama merayakan ulang tahun ke-80. Delapan dasawarsa adalah angka yang penting. Itu sebabnya peringatan ulang tahunnya dilakukan secara istimewa.

Dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-80 hari ini, diterbitkan buku Syukur Tiada Akhir, yang isinya menyampaikan pesan pergulatan tentang pekerjaan wartawan dan pergulatan tiada henti seorang Jakob Oetama.

Emil Salim, satu dari sedikit orang yang dapat melampaui usia 80 tahun dalam keadaan tetap sehat, mengatakan, ”Hidup dimulai pada usia 80 tahun.” Emil Salim secara sengaja memelesetkan kata-kata bijak, yang menyebutkan, ”Hidup dimulai pada usia 40 tahun.”

Hal itu sah-sah saja mengingat Emil Salim dan Jakob Oetama telah memasuki periode kedua kehidupannya. Itu jika mengacu pada kata-kata bijak, ”hidup dimulai pada usia 40 tahun”.

Jakob Oetama mendirikan harian Kompas dan Kompas Gramedia bersama dengan PK Ojong, yang dipanggil Tuhan secara mendadak tanggal 31 Mei 1980. Jakob bukan hanya sekadar seorang wartawan, melainkan juga pemimpin beberapa perusahaan di bawah payung Kompas Gramedia.

Adakah kiat-kiat khusus? ”Bekerja keras dan bekerja bersama, sinergik,” kata Jakob, sosok yang merasa lebih nyaman berada di antara sesama wartawan daripada sesama pengusaha. Lewat bekerja sinergik, dikembangkan kelebihan yang lain, diminimalisasi kekurangannya. Bagi Jakob, bekerja tidak lagi sekadar profesi atau karier, tetapi panggilan. Karena itu, bekerja tuntas merupakan keasyikan. Ora et labora (berdoa dan bekerja) menjadi riil.

Ada kiat lain? Manusia menjadi fokus perhatian. Keindahan alam diangkat ke media, cetak, televisi, maupun digital, menjadi berarti saat ditempatkan dalam konteks manusia. Manusia justru memperoleh tantangan dan di sana terletak fungsi idealistis industri media selain fungsi bisnis.

Kemanusiaan yang beriman bagi Jakob menjadi riil aktual ketika ditempatkan dalam konteks kehidupan. Yang mempersatukan adalah kemanusiaan, sementara iman yang dilembagakan dalam agama menjadi urusan masing-masing. Di sana terletak makna Bhinneka Tunggal Ika, representasi Indonesia.

Selalu resah

Jakob lahir di Jowahan Borobudur, anak seorang guru sekolah rakyat, bercita-cita jadi pastor, keluar beralih jadi guru, dan kemudian wartawan/pengusaha.

Jakob Oetama menapaki karier wartawan mulai dari redaktur di majalah Penabur, bersama Ojong mendirikan majalah Intisari tahun 1963 dan Kompas tahun 1965, disusul unit-unit usaha lain. Jakob tidak pernah selesai merasa resah. Selalu menggugat, jati diri profesi jurnalistik, jati diri seorang yang selalu mendialogkan dogma agama dalam kehidupan konkret.

Selalu menggoyang-goyangkan diri agar tidak merasa mapan, tidak merasa miskin di antara orang kaya, tidak merasa kaya di antara orang miskin, membuat Jakob senantiasa tidak pernah lelah berpikir. Tidak tentang dan untuk kepentingan diri dan keluarganya, untuk kelompok usahanya, tetapi juga untuk kemajuan negara ini. (ST Sularto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com