Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penambahan Tujuan Ekspor Didukung

Kompas.com - 17/10/2011, 02:42 WIB

Jakarta, Kompas - Dewan Minyak Sawit Indonesia mendukung rencana pemerintah untuk menambah pelabuhan tujuan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Penambahan pelabuhan tujuan ekspor tersebut akan menambah volume ekspor CPO.

Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun, yang dihubungi di Medan, Minggu (16/10), mengatakan, wacana tersebut sesuai sekali dengan pertumbuhan produksi CPO Indonesia.

Pelabuhan Rotterdam, Belanda, tetap penting sebagai pasar tradisional CPO Indonesia. Akan tetapi, upaya menambah pelabuhan tujuan ekspor produk turunan kelapa sawit untuk menjangkau pasar Jerman, Turki, Ukraina, dan Serbia, dapat meningkatkan volume ekspor yang merupakan suatu keharusan untuk merespons kenaikan produksi.

Indonesia memproduksi 22,7 juta ton CPO tahun 2010 dan mengekspor 16,5 juta ton. Produksi CPO tahun 2011 diprediksi mencapai 24 juta ton.

Indonesia mengekspor 2 juta ton-2,5 juta ton CPO per tahun ke Eropa melalui Rotterdam. Sebagian besar berbentuk CPO yang kemudian diolah kembali oleh industri pangan dan energi di Eropa.

Menurut Derom, porsi yang selama ini ke Rotterdam bisa beralih sebagian ke Turki, Spanyol, Ukraina, dan Serbia. ”Untuk itu lebih tepat bukan CPO, tetapi jenis hasil olahan yang sejalan dengan program hilirisasi yang tengah didorong oleh pemerintah. Dalam jangka panjang, penambahan pelabuhan tujuan ini mungkin dapat menciutkan volume ke Rotterdam,” ujarnya.

Saat ini, Indonesia tengah menjajaki pemindahan basis perdagangan CPO di Uni Eropa, dari yang selama ini berpusat di Pelabuhan Rotterdam, Belanda, ke negara Eropa lain. Penjajakan dilakukan di tiga negara, yaitu Jerman, Turki, dan Serbia.

Pekan lalu, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, Indonesia tengah mengkaji ulang strategi perdagangan sawit di pasar Uni Eropa.

”Kita sudah betul-betul melihat kemungkinan memindahkan basis perdagangan kita dari Rotterdam,” jelas Bayu.

Ia menjelaskan, pasar CPO di Eropa Timur, Eropa Utara, dan negara-negara Balkan terus tumbuh.

Berbeda dengan pasar Eropa Barat, yang cenderung banyak maunya. Belum lagi dominannya peran non-governmental organisation (NGO) dan kelompok lingkungan. Di luar itu, ada fakta pertumbuhan ekonomi di negara Eropa Barat, seperti Belanda, Perancis, dan Belgia, akan melemah.

Bayu mengatakan, adanya aturan EU Renewable Energy Directive mengakibatkan CPO Indonesia sulit masuk ke pasar Eropa. (HAM/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com