Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Angin ke Arah Indonesia

Kompas.com - 10/11/2011, 10:02 WIB

KOMPAS.com - Selama ini kekuatan ekonomi dunia terkonsentrasi di pusaran hegemoni negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Namun, seiring waktu, kini angin mulai bertiup ke arah timur, ke Asia.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Surin Pitsuwan dalam Seminar Investor Menteri Keuangan ASEAN ke-8 di Jakarta, Selasa (8/11/2011), menyatakan, tak ada yang bisa menyangkal bahwa Asia telah berkembang menjadi kekuatan ekonomi penting di tataran global.

Tahun lalu, menurut Surin, Asia berkontribusi besar memulihkan ekonomi global pascakrisis tahun 2008 dengan pertumbuhan ekonomi 9,5 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 5,1 persen. Sementara ASEAN tumbuh 7,5 persen.

Bicara ekonomi Asia, pasar terbesarnya adalah China dan Indonesia. Bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan India, China dan Indonesia menguasai sekitar 50 persen pangsa pasar dunia.

Kini perekonomian dunia sedang dalam ketidakpastian menyusul krisis utang di Eropa dan gejolak finansial di AS. Dipastikan akan banyak uang panas mencari negara-negara yang tidak saja ”aman” dari krisis, tetapi juga atraktif. Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang punya kriteria tersebut.

Tren inflasi ke depan stabil dan relatif rendah dengan kisaran 4-5 persen. Pertumbuhan ekonomi positif, sampai dengan triwulan III-2011 sebesar 6,5 persen. Target tahun depan sebesar 6,7 persen.

Kontribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hanya 25 persen terhadap produk domestik bruto. Sementara ruang investasi masih terbuka luas dengan kekayaan sumber daya alam berlimpah dan beragam. Demografi penduduk pun tergolong produktif, baik dalam hal pasar maupun buruh.

Amerika Serikat tidak lagi menarik karena bunganya kecil. Bank-banknya harus ditalangi terus-menerus sehingga berisiko. Pasar domestiknya pun mulai menurun karena maraknya pemutusan hubungan kerja. Tingkat pengangguran sudah di atas 9 persen.

Sementara China dan India, meski pasarnya juga besar, kini sudah kepanasan. Jadi, sebentar lagi pertumbuhan ekonominya akan menurun. Sekarang eranya investasi di Indonesia. Tentu saja yang penting adalah bisa mengarahkan dana-dana asing itu ke sektor riil.

Namun demikian, ada pekerjaan rumah yang harus secepatnya dibenahi. Berdasarkan International Finance Corporation, indeks iklim usaha Indonesia berada di urutan ke-126 dari 129 negara.

Artinya, negara dan birokrasi yang semestinya berperan positif justru malah jadi pengganggu. Jumlah hari memulai bisnis di Indonesia adalah 60 hari. Bandingkan dengan Thailand dan Malaysia yang masing-masing hanya 3 hari dan 11 hari.

Ekonomi makro sehat, sumber daya alam melimpah, demografi produktif, dan angin sedang bertiup ke Indonesia. Namun, itu belum cukup karena birokrasi bersama infrastruktur dan sumber daya manusia adalah layar kapal Indonesia yang belum sepenuhnya terkembang. Dan tentu saja, momentum belum tentu datang setiap tahun. (FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com