Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revitalisasi Pabrik Gula

Kompas.com - 17/11/2011, 05:36 WIB

JEMBER, KOMPAS - Pemerintah perlu segera merevitalisasi semua pabrik gula yang beroperasi di Jawa Timur. Langkah ini akan lebih efektif menekan kerugian petani daripada melakukan penggabungan 27 pabrik di bawah PT Perkebunan Nusantara X dan XI menjadi satu perusahaan, tanpa dibarengi perluasan areal perkebunan tebu.

Demikian dikemukakan Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Arum Sabil di Jember, Rabu (16/11). ”Justru paling penting revitalisasi pabrik gula besar dan potensial, sedangkan yang kecil digabung menjadi satu perusahaan sehingga lebih efisien. Bukan menggabungkan menjadi satu tanpa perluasan areal perkebunan tebu. Justru penggunaan gula rafinasi bisa merajalela,” katanya menanggapi wacana penggabungan seluruh pabrik gula di dua PTPN.

Menyangkut perbedaan penetapan rendemen gula dan porsi dana talangan yang diterapkan dua PTPN itu, Kementerian BUMN harus tegas. ”Aturan sudah jelas, tetapi manajemen pabrik gula justru terus melakukan perbedaan perlakuan soal rendemen dan dana talangan. Akibatnya, petani tebu mencari pabrik yang memberi margin besar,” kata Arum Sabil.

Hal itu, misalnya, dilakukan petani tebu di Probolinggo yang cenderung menjual tebu ke PTPN X karena lebih menjanjikan. Jika menjual tebu di PTPN XI, nilai akhirnya rendah meskipun nilai lelang gula sebenarnya tinggi.

”Perlakuan berbeda itu karena APTR membeli tebu petani dengan sistem ijon. Mereka membeli dengan harga seadanya di awal. Padahal, ketika lelang gula, ternyata harga melambung. Namun, kata petani tebu asal Pejarakan, Kabupaten Probolinggo, Faiqul Imam, hal itu tidak dinikmati petani karena ada kewajiban menjual tebu lewat APTR.

Sistem ijon

Menurut Faiqul, meski nilai lelang gula Rp 8.400-Rp 8.500 per kilogram, petani hanya menikmati di bawah Rp 8.000 per kilogram. ”Biasanya nilai akhir yang diterima petani hanya Rp 7.800 per kilogram. Penerimaan rendah karena sistem ijon tersebut, dan ini terjadi di PTPN XI,” kata pemilik lahan tebu seluas 40 hektar di Pejarakan itu.

Akibatnya, 70 persen produksi tebu dari 1 ton per hektar dipasarkan ke PTPN X karena lebih untung. Sisanya, 30 persen, ke PTPN XI untuk menjaga hubungan baik saja.

Ketua Koperasi Petani Tebu Rakyat Mitra Usaha PG Semboro Jember Marzuki Abd Ghofur mengatakan, banyak petani di Situbondo dan Jember seharusnya menggiling di pabrik gula terdekat, yakni PTPN XI, justru memilih PTPN X meski jarak tempuh lebih jauh.

”Kalau dihitung jarak mestinya biaya angkutan lebih mahal, tetapi hasil jual ke PTPN X justru lebih bagus,” katanya.

Bagi petani, perubahan sistem tata niaga di pabrik gula sudah mendesak. Penggabungan diharapkan mampu mengikis selisih harga tebu petani.

(SIR/DIA/ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com