Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor China Menyerbu, Industri Baja Waswas

Kompas.com - 01/12/2011, 08:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Industri baja hulu kebanjiran investor asal China. Pemerintah dan pelaku usaha dalam negeri mulai khawatir terhadap masifnya investasi baru di sektor baja hulu tersebut.

Alasannya, investasi baru di sektor baja hulu itu sekadar relokasi pabrik skala kecil dari China. Tidak cukup menyoal skala, perusahaan China itu hanya mencari lokasi aman berproduksi setelah negaranya sendiri menolak mereka.

Direktur Industri Material Dasar Logam Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan menuturkan, pesatnya relokasi industri baja asal China berskala kecil itu mujurnya disambut baik oleh konsumen dalam negeri.

Kebanyakan, industri asal China itu memproduksi baja siku untuk keperluan pagar. Selain itu, lantaran tingginya permintaan, pabrik-pabrik skala kecil yang hanya bermodal colokan listrik 10 MW itu beroperasi menghasilkan baja batangan yang tidak mendapat proteksi ketat Standar Nasional Indonesia (SNI).

Meski demikian, tidak semua investasi sektor hulu berskala kecil. Indonesia juga menjadi lahan investasi salah satu perusahaan baja terbesar di dunia, Pohan Steel Corp (Posco) yang patungan dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Hanya, untuk mengantisipasi mewabahnya pabrik skala kecil yang tidak berstandar.

"Kami lagi buat kajian spesifikasi industri peleburan harusnya seperti apa," ucapnya, Rabu (30/11/2011). Kementerian Perindustrian memang tengah menugasi Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BP-KIMI) untuk merumuskan aturan penangkal agresi relokasi industri asing boros energi ke Indonesia.

Hal tersebut terkait dengan banyaknya rencana investasi dari pabrik semen dan besi baja asal China berkapasitas rendah yang berniat merelokasi usahanya ke Indonesia. Padahal, Pemerintah China telah menutup pabrik-pabrik berkapasitas di bawah 1 juta ton itu lantaran boros energi, tidak ramah lingkungan, dan tidak mematuhi standar keselamatan. "Masa kita mau menerima mereka, padahal di China sendiri sudah ditutup," ungkap Dirjen Kerja Sama Industri Internasional, Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana.

Seperti diketahui, Pemerintah China sejak 2010 memiliki kebijakan untuk menutup 2.000 pabrik manufaktur di sektor baja dan semen yang dinilai tidak ramah lingkungan, boros energi, dan tidak memenuhi standar keselamatan. Akibatnya, pabrik-pabrik itu sulit berekspansi di negara asal mereka. "Imbasnya, mereka memilih investasi di luar negeri, di Indonesia salah satunya," ucapnya.

Oleh karena itu, BP-KIMI akan menerbitkan aturan tentang persyaratan ramah lingkungan, berkualitas bagus, dan hemat energi bagi industri asing yang berniat membangun pabrik di Indonesia. Nantinya, aturan itu akan disampaikan pada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai pedoman syarat pemberian izin investasi. "Jadi kalau ada pabrik seperti ini (boros energi) mau investasi, kita sampaikan investasi sejenis ini jangan dikasih izin," katanya.

Mengenai aturan itu, dia yakin BKPM tidak akan keberatan untuk menggunakannya sebagai salah satu pedoman persyaratan pemberian izin. Sebab, lingkup urusan teknis tetap menjadi kewenangan Kementerian Perindustrian, sedangkan BKPM untuk urusan pemberian izin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com