Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janji Penyelesaian di Papua Tak Sesuai Kenyataan

Kompas.com - 06/12/2011, 20:07 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Perubahan untuk Papua menilai penyelesaian kisruh di Papua tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan pemerintah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dianggap hanya pintar berbicara, tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah di lapangan.

Anggota Koalisi Perubahan untuk Papua, Abdul Rahim, mengatakan, selama ini Presiden atau pemerintah di bawahnya selalu menyatakan akan melakukan pendekatan tanpa kekerasan dan damai. Namun, dalam praktiknya, teror dan intimidasi selalu muncul di lapangan.

"Dalam pidato sih selalu manis, mengutamakan dialog. Kenyataannya, di bawah tetap berlangsung kekerasan. Karena itu kita sebut SBY pakai politik muka dua," kata Abdul Rahim kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (6/12/2011).

Siang ini, Koalisi Perubahan untuk Papua menyampaikan tuntutan kepada Kementerian Koordinasi Bidang Politik, Hukum, Keamanan (Kemenko Polhukam). Dipimpin oleh Ketua Umum Koalisi Rizal Ramli, Sekjen Antie Solaiman, dan Wakil Sekjen Edy Mulyadi, Markus Mabel, dan Ruth RA Karubay, mereka meminta pemerintah menghentikan penggunaan cara-cara kekerasan, seperti teror dan intimidasi, dalam penanganan masalah Papua.

Teror dan intimidasi itu antara lain dialami para mahasiswa asal Papua di Jakarta, terutama yang tinggal di asrama-asrama. Mereka didatangi orang-orang tertentu dan ditanya tentang banyak hal yang menimbulkan suasana ketakuatan.

Akibat teror tersebut, orangtua mahasiswa tersebut meminta anak-anak mereka pulang dan menghentikan sementara pendidikan mereka. Di Papua sendiri, menjelang tanggal 1 Desember lalu, rumah-rumah penduduk didatangi aparat keamanan dan penghuninya diminta mengibarkan bendera Merah Putih. Jika tidak, mereka dianggap bukan orang Indonesia dan diancam akan dibunuh. Bahkan kini banyak beredar pesan singkat (SMS) berisi teror dan sengaja ditebar untuk menimbulkan ketakutan di antara warga.

Koalisi Perubahan untuk Papua diterima oleh Deputi Menko Polhukam Bidang Komunikasi Politik Dalam Negeri Brigadir Jenderal TNI Judi Hariyanto. Mereka menyampaikan delapan pernyataan sikap kepada pemerintah melalui Menko Polhukam. Koalisi itu antara lain meminta pemerintah belajar dari penyelesaian konflik Aceh dan Timor Timur yang berlarut-larut sebagai akibat penggunaan pendekatan keamanan dan kekerasan yang acapkali kurang manusiawi.

"Pendekatan kekerasan justru akan menambah kebencian dan rasa ingin merdekat pada diri orang Papua. Mereka merasa tidak nyaman dan aman dengan adanya patroli polisi dan tentara, seolah-olah mereka bisa diperlakukan seenaknya," kata Abdul Rahim.

Pendekatan tersebut, menurut Rahim, merupakan ekspresi ketakutan dan kecurigaan berlebihan pemerintah terhadap gerakan yang disebut separatis. Sikap paranoid itulah yang menyebabkan terjadinya berbagai kekerasan yang melanggar hak asasi warga Papua.

Menanggapi pernyataan sikap itu Brigjen TNI Judi Hariyanto, mewakili Menko Polhukam, menegaskan akan tetap memprioritaskan pendekatan dialog dan berupaya mempertahankan kesatuan NKRI. "NKRI tetap menjadi harga mati kami," kata Abdul Rahim mengutip pernyataan Deputi Menko Polhukam dalam pertemuan siang tadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

    Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

    Earn Smart
    7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

    7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

    Whats New
    'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

    "Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

    Whats New
    IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

    IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

    Whats New
    Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

    Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

    Whats New
    Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

    Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

    Whats New
    Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

    Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

    Whats New
    Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

    Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

    Whats New
    Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

    Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

    Whats New
    Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

    Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

    Whats New
    Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

    Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

    BrandzView
    Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

    Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

    Whats New
    Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

    Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

    Whats New
    Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

    Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

    Whats New
    Puasa Itu Berhemat atau Boros?

    Puasa Itu Berhemat atau Boros?

    Spend Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com