Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendy Setiono, dari Gerobak Kini Presiden Direktur

Kompas.com - 13/12/2011, 07:44 WIB
Ester Meryana

Penulis

KOMPAS.com — Meninggalkan bangku kuliah untuk memulai usaha kecil-kecilan tidak banyak dilakukan kaum muda. Butuh keberanian dan perhitungan yang matang dalam melakukan hal tersebut. Namun, inilah jalan yang dilakukan oleh seorang Hendy Setiono.

Ia sempat mengenyam ilmu di Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya. Kuliah ditinggalkan karena waktu itu ia melihat prospek akan bisnis makanan Timur Tengah, yakni kebab. "Saya sangat hobi untuk berwisata kuliner, termasuk wisata kuliner untuk makanan yang bernama kebab ini. Kebetulan beberapa waktu silam, saya mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Qatar. Di sana banyak sekali penjual yang menjual makanan tradisional Turki yang biasa disebut kebab di sepanjang jalan yang saya lalui. Dari apa yang saya temui dan saya rasakan, setelah saya mencoba mencicipinya di sana, terbesit ide untuk mencoba memopulerkan makanan ini di Indonesia," ujar Hendy kepada Kompas.com, Sabtu (10/12/2011).

Kunjungannya ke negara di Timur Tengah tersebut karena sang ayah yang merupakan operator perusahaan minyak di negara itu. Lantas, makanan itu dibawanya ke Surabaya untuk dicoba dikembangkan.

Ternyata, langkahnya ini tidak mendapatkan dukungan penuh dari orangtua karena  bangku kuliah ia tinggalkan demi menjalankan usaha yang belum tentu keberhasilannya saat itu. Apalagi, kata Hendy, keluarganya tidak ada yang berlatar belakang wirausaha atau menjalankan bisnis. "Dukungan finansial untuk modal waktu itu (pun) terbatas," ujarnya.

Ia pun hanya dapat pinjaman uang dari adiknya sebesar Rp 4 juta untuk memulai bisnis kebab yang kini dikenal dengan Kebab Turki Baba Rafi. Nama usahanya itu berasal dari nama depan anaknya, Rafi Darmawan. Adapun kata "baba" yang merupakan bahasa Arab, artinya ayah.

Sewaktu memulai usaha itu, ia sudah berkeluarga. Istrinya pun turut andil dalam usaha kuliner ini karena bisnis kebab sendiri awalnya merupakan industri rumah tangga. Selain istrinya, ia pun menggandeng temannya, Hasan Baraja, dalam mendirikan usaha kebab Baba Rafi. "Beliau merupakan orang yang men-support awal berdirinya Baba Rafi," kata ayah dari Rafi Darmawan, Refa Audrey Zahira, dan Ready Enterprise ini.

Niat dan modal pun tak cukup menyertai perkembangan usaha Hendy ini. Berbekal pengalaman mengikuti seminar hingga pertemuan dengan relasi bisnis, ia pun menciptakan moto "LETAM." "L - Lihat peluang yang ada, E - Evaluasi peluang itu, T - Tirukan cara yang mungkin dapat diadopsi, A - Amati caranya dan lakukan, M - Modifikasi cara yang telah dipilih itu," ujarnya.

Ia menyebutkan, moto ini sudah muncul sedari awal sebelum usaha dimulai. Dengan semua bekal itu, tidak lantas ia mudah menjalani peruntungannya di bisnis kebab yang kini berkembang menjadi sejumlah produk kuliner, yakni roti Maryam Aba-Abi, Piramizza, dan Ayam Bakar Mas Mono.

Awalnya, bisnis yang dijalankannya bukan langsung berbentuk outlet, melainkan gerobak dorong berwarna kuning. Dengan gerobak buatan sendiri, ia pun mangkal di daerah Nginden Semolo, Surabaya. Ia ditemani seorang karyawan.

Pahit-manisnya berbisnis pun ia rasakan. Hendy pun bercerita bagaimana ia berjualan sampai kehujanan, jatuh hingga rotinya berserakan di jalan. "Kehujanan, jatuh, roti pun langsung klemeran di jalan," kata Hendy.

Tidak hanya sebatas itu, uang hasil penjualannya pun sempat dibawa pergi oleh karyawan penggantinya. Kesulitan lainnya adalah mengenai masalah pendanaan. Bunga pinjaman perbankan yang tinggi harus ia terima. Pernah ia diberikan suku bunga kredit untuk modal kerja hingga 18 persen. Namun, ia memaklumi dengan pemahaman bank tentunya melihat risiko dalam memberikan modal. Untungnya, bunga tersebut bisa terbayarkan dengan laba yang ia peroleh.

"Kesulitan pasti ada, tetapi saya selalu ber-positive thinking, pola pikir mengenai 'kesulitan' itu saya ubah menjadi sebuah tantangan karena tantangan dan peluang itu bedanya sangat tipis sekali untuk mencapai keberhasilan. Dan alhamdulillah, saya didukung dengan tim manajemen yang berkualitas," ucap Hendy.

Buah manis pun akhirnya ia petik dari perjuangannya itu. Seorang Hendy kini bisa menjabat Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia (kebab Turki Baba Rafi, Roti Maryam Aba-Abi, Nasi Goreng Kebab Baba Rafi, dan Chicken Kebab Baba Rafi), PT Piramida Zahira (Piramizza), dan PT Panen Raya Indonesia (ayam bakar Mas Mono). Bahkan, pria yang tidak menyelesaikan pendidikan strata satunya ini sampai bisa mendirikan perusahaan di Malaysia (Baba Rafi Malaysia Sdn Bhd).

Hendy menuturkan, alasannya ia merambah Malaysia karena kulturnya yang masih serumpun dengan Indonesia. Artinya, selera makanannya pun tidak jauh berbeda. "Jadi, saya melihat ini ada peluang besar yang bisa saya garap bersama tim saya dan saya berharap juga bisa sukses seperti di Indonesia," katanya.

Apa yang diharapkannya itu berbuah hasil sebuah penghargaan, yaitu menjadi pemenang dalam Global Leadership Awards 2011 untuk sektor makanan dan minuman ringan di Malaysia.

Penghargaan tersebut hanya satu dari deretan penghargaan yang ia raih dari menjalankan bisnis sejak tahun 2003. Hanya dua tahun setelah memulai usaha, ia sudah meraih penghargaan tingkat provinsi, salah satunya ia berhasil menyabet juara pertama untuk "Entreprenur Business Plan" dari Universitas Petra, Surabaya. Setelah itu, menyusul penghargaan dari beberapa media nasional hingga Kementerian UKM dan Koperasi yang mengisi setiap tahunnya.

Penghargaan internasional pun ia dapatkan, salah satunya melalui Asia Pasific Entrepreneurship Awards 2008 dari Enterprise Asia from Malaysia tahun 2008. Minimal ada 20 penghargaan yang ia dapatkan dari keberhasilan wirausahanya, baik dari dalam maupun luar negeri. Pencapaiannya itu dapat dilihat dari menjamurnya gerai waralabanya.

Kini, Hendy mempunyai lebih dari 750 outlet, baik di Indonesia maupun di Malaysia, 50 outlet Roti Maryam Aba-Abi, dan 75 outlet Piramizza di seluruh Indonesia. Restoran Ayam Bakar Mas Mono-nya pun sudah 20 buah di Jabodetabek. Usaha waralabanya ini pun berdampak pada kebutuhan tenaga kerja yang terbilang banyak.

Demi efisiensi, ia mendirikan Baba Rafi Academy, yakni lembaga pelatihan untuk memenuhi kebutuhan pegawai usahanya. Pendidikan ini diberikannya gratis bagi lulusan SMP hingga SMU yang mau bekerja di usahanya. "Sudah gratis, langsung kerja lagi," terang Hendy.

Bahkan, dengan sembari tertawa, ia pun menyebutkan, "Kalau saya tidak sempat wisuda, tetapi mewisuda orang." Ini karena bagi lulusan akademi tersebut, ia mengadakan semacam wisuda kecil-kecilan. Hasilnya, lulusannya lumayan untuk membantu kebutuhan tenaga kerja hingga 100 orang per bulan.

Bekerja sama dengan Magistra Utama, akademi ini telah berada di delapan kota, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penempatan lulusannya pun di seluruh Indonesia.

Untuk ke depannya,  Hendy berharap ia bisa membuka dua outlet dalam satu hari. Niatannya ini tentu akan membutuhkan banyak pegawai. Sudah tentu usahanya ini memberikan angin segar bagi para penganggur. Ia pun berniat terus mengembangkan bisnisnya di bidang kuliner dengan fokus pada pasar domestik.

"Saya memang fokus saya di industri, di mana kami memang pada pengembangan jumlah jaringan outlet dalam lima tahun ke depan," ucap Hendy.

Ia pun ingin ke depannya menggandeng banyak usaha kecil dan menengah dengan sejumlah lini usahanya. "Manfaatin, jangan orang luar yang masuk ke sini. Manfaatin resources local," kata Hendy, yang juga menjabat Wakil Ketua Komite Tetap untuk Pengembangan Wirausaha di Kadin Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com