Sang surya baru beranjak dari persemayamannya. Sekelompok mahasiswa tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada mahasiswa yang berdandan, beberapa orang menyiapkan kamera, dan ada juga yang sedang berdiskusi dengan temannya.
Mereka adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muria Kudus, Kudus, Jawa Tengah, yang sedang menyiapkan
Pembuatan film pendek merupakan salah satu tugas mata kuliah wajib bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada semester V. Untuk membuatnya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi mahasiswa, di antaranya film harus mengandung unsur pendidikan dan menggunakan bahasa Inggris.
Namanya saja film pendek, jadi durasinya juga dibatasi sekitar 15-20 menit. Pendek sih, tetapi prosesnya lumayan rumit.
Meski terbilang minim pengetahuan tentang dunia perfilman, salah satu kelompok film yang beranggotakan 12 orang ini menyebut diri kelompok Lolypope. Mereka tetap berusaha membuat film sebaik mungkin. Mereka mencari informasi dengan bertanya kepada para pekerja film dan berselancar di internet untuk mendapatkan informasi seputar cara membuat film.
Proses pembuatan film diawali dengan mendiskusikan tema bersama semua anggota kelompok. Kemudian dilanjutkan pembuatan skenario, penentuan karakter pemain, properti yang dibutuhkan, dan lokasi pengambilan gambar. Setelah itu, baru mereka melakukan pengambilan gambar (
Pembuatan film ini melatih mahasiswa sekaligus calon guru ini agar bisa lebih kreatif dan mampu bekerja sama dengan mahasiswa lain. Selain itu, hasil film mereka pun kelak dapat dipergunakan saat mengajar
Lolypope akan membuat film pendek yang menceritakan tergesernya budaya lokal Indonesia oleh budaya Barat. Pergeseran itu mulai dari gaya berpakaian, gaya bergaul, hingga jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat.
Tak hanya itu, mereka juga menyoroti hilangnya karisma barang bermerek lokal yang tergeser oleh barang bermerek impor. Semua anggota sepakat memberi judul