Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kemal N Siregar, mengatakan, tubuh manusia memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Tubuh cepat merespons perubahan jam biologis akibat perubahan waktu.
Namun, kondisi yang menuntut masyarakat berangkat lebih pagi akan membuat banyak pekerja dan siswa melewatkan sarapan pagi. Jika di lokasi kerja atau sekolah mereka kesulitan mendapatkan sarapan, ini justru akan menurunkan produktivitas kerja, mengganggu kesehatan mental yang memperburuk hubungan antarmanusia, dan meningkatkan angka kesakitan sehingga biaya kesehatan melonjak.
China memang menjadi negara yang pertumbuhan ekonominya maju dengan memiliki satu zona waktu. Tidak semua negara maju menerapkan cara itu. Di Amerika Serikat, Kota New York dan Los Angeles memiliki selisih waktu tiga jam. Kedua kota sama-sama tumbuh menjadi kekuatan ekonomi dunia. Dubai di Uni Emirat Arab yang menerapkan hari kerja Minggu-Kamis, berbeda
Karena itu, untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan penghematan energi, penyatuan zona waktu bukan hal pokok. Banyak hal yang harus dibenahi untuk mewujudkan, mulai dari kemudahan investasi, kepastian hukum, penyediaan infrastruktur, hingga birokrasi yang efisien dan transparan.