JAKARTA, KOMPAS.com - Meski bunga deposito semakin kecil, minat masyarakat terhadap produk perbankan ini masih tetap besar. Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan terjadi kenaikan nilai simpanan deposito sebesar Rp 18,54 triliun pada Februari 2012, atau lebih tinggi 1,47 persen dari bulan sebelumnya.
Jumlah rekening deposito juga meningkat sebanyak 5.570 rekening atau setara 0,19 persen menjadi 2,91 juta rekening. Yang menarik, peningkatan terbesar terjadi pada simpanan yang memiliki nominal dibawah Rp 100 juta dan Rp 5 miliar, masing-masing bertambah Rp 2,27 triliun dan Rp 2,72 triliun.
Kendati begitu, pertumbuhan deposito ini tak mampu menahan penurunan DPK bank. Secara keseluruhan, simpanan nasabah di perbankan berkurang Rp 3,04 triliun menjadi Rp 2.809,35 triliun selama kurun Januari - Februari.
Ini disebabkan bank kehilangan banyak dana giro, sekitar 3,4 persen. Sedangkan tabungan hanya naik 0,2 persen. Jika disetahunkan, total simpanan nasabah tumbuh 21,3 persen atau bertambah Rp 493,27 triliun.
Sebagian bankir yakin, migrasi dana dari rekening giro ini hanya bersifat sementara. Maklum, para pemilik giro, yang sebagian besar perusahaan, mencairkan dana untuk modal kerja.
Awal tahun, perusahaan banyak mengeluarkan belanja modal. Nanti, tiga bulan berikutnya, atau setelah produksi mendatangkan hasil, simpanan giro meningkat lagi.
Wakil Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), Evi Firmansyah menduga, nasabah mengubah pola penanaman uang. Masyarakat mulai mencairkan dana di tabungan dan giro lalu memindahkan ke deposito yang memberikan yield lebih bagus.
Evi menambahkan, perubahan pola penyimpanan uang ini juga menunjukkan bahwa nasabah lebih melihat imbal hasil ketimbang hadiah-hadiah yang ditawarkan bank. Konsekuensinya, biaya dana bank sedikit meningkat karena pertambahan deposito.
Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baiquni menambahkan, kendati bunga deposito turun, minat masyarakat pada deposito tak akan luruh. Pasalnya, masyarakat masih menganggap deposito sebagai tempat investasi yang menawarkan bunga yang menarik dan minim risiko. "Penurunan LPS rate tidak akan berpengaruh pada minat masyarakat pada produk ini. Pasar modal belum terlalu dikenal masyarakat Indonesia," tambahnya. (Roy Franedya/Kontan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.