Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susahnya Bank-bank Bersaing di Malaysia

Kompas.com - 25/04/2012, 16:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Langkah Bank Central Asia (BCA) menutup unit remitansi di Malaysia menyisakan cerita menarik tentang persaingan bisnis pengiriman uang di negeri jiran itu. Bank milik Grup Djarum itu akhirnya memilih menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal ketimbang mengoperasikan gerai sendiri. Cara ini agar tetap kompetitif melayani pengiriman uang.

Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, jika ingin menjalankan bisnis remitansi sendiri di Malaysia, bank harus memiliki banyak jaringan. Skala ekonominya sekitar 15 gerai. Jika jumlah kurang dari 15 gerai, tidak menguntungkan. "Saya menghitung kembali profitabilitasnya. Harus di atas 15 gerai baru bisa menutup biaya dan investasi. Ini terlalu lama," katanya kepada Kontan, Minggu (22/4/2012).

Sejatinya, BCA tak kekurangan uang untuk berinvestasi. Membangun belasan gerai dalam satu waktu, BCA mampu. Asal tahu saja, untuk membuka outlet, bank hanya merogoh kocek Rp 100 juta-Rp 200 juta.

Tetapi, mendapatkan izin memang tidak mudah. Bank Negara Malaysia juga mengarahkan unit-unit remitansi bank non-Malaysia beroperasi di daerah-daerah tertentu.

Masalahnya, populasi TKI di Malaysia tersebar di banyak tempat. Berbeda dengan TKI di Hongkong atau negara lain yang terlokalisasi di satu kawasan sehingga lebih mudah menggarap. Jadi, membuka banyak gerai di tempat yang salah atau tidak banyak TKI, justru merugikan bank.

Saat unit remitansi bank asing susah bergerak, BNM royal memberikan izin ke perusahaan pengiriman uang lokal. Yang terakhir ini bisa mengoperasikan puluhan outlet. Karena kalah di jaringan, bank kalah dalam menjangkau konsumen.

Lebih menguntungkan

Bukan cuma BCA yang apes. Bank Mandiri juga mengeluhkan hal serupa, kendati belum berencana mengekor jejak BCA.

Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya mengajukan izin mendirikan 20 unit remitansi di Malaysia. Namun, hingga kini hanya enam yang disetujui. "Kalau hanya boleh buka cabang sedikit, tidak bisa cover potensi remitansi TKI. Kami terkendala menjaring konsumen," katanya, Senin (23/4/2012).

Menurut dia, agar bisa bersaing dengan lembaga pengiriman uang lokal, bank harus memperkuat jaringan. "Kami meminta pelonggaran aturan ke BNM dalam memperluas jaringan," tambahnya.

Deputi Divisi Kepala Internasional BCA, Edmund Tondobala, mengatakan, menjalankan bisnis remitansi sendiri lebih menguntungkan ketimbang bekerja sama dengan perusahaan pengiriman uang lokal. Perbandingan pendapatan komisinya hampir lima kali lipat. Jika menggandeng pihak ketiga, bank harus berbagi komisi. Kesepakatan pembagiannya bisa 50 persen.

Bisnis remitansi BCA di negara lain tetap berjalan, antara lain di Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, dan Arab Saudi. Di beberapa tempat, BCA menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal dan money changer. "Semuanya tetap beroperasi dan menguntungkan" katanya. (Nina Dwiantika/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com