Di Gang Belah Kapal I, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (16/5), suara percikan api mesin las memotong besi dan logam terputus terdengar riuh. Di sela bangkai-bangkai kapal yang dipotong terlihat tiga bekas Kapal Republik Indonesia jenis
Salah satu bukti jasa kapal-kapal tersebut, pada medio April 2012,
Para pelaut juga menyimpan kenangan mendalam akan kapal-kapal itu. Bagi pelaut, kapal adalah rumah pertama, apalagi bangsa Indonesia konon adalah bangsa bahari! ”Waktu tiga LST (
Sebelumnya, menjelang keberangkatan ke Pulau Nipah, Kepulauan Riau, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya Marsetio mengatakan, jika ada pihak yang berminat membuat Museum Terapung dari salah satu kapal tersebut, pihaknya tentu mengizinkan. ”Kita tidak mengeluarkan biaya. Silakan jika ada yang ingin melestarikan, tentu didukung, apalagi ini sejarah bangsa dan dunia,” ujarnya.
Bahkan, sebuah tempat wisata di pinggir laut Jakarta sudah menyediakan tempat dan dana untuk Museum Terapung pertama di Indonesia yang diharapkan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi, LST tersebut juga terkait sejarah Amerika Serikat, Perancis, Aljazair, Inggris, Italia, dan negara Sekutu dalam Perang Dunia II di Eropa!
Waktu bergulir, kapal tersebut dilepas dari kendali TNI AL dan berada di bawah Kementerian Pertahanan. Ular-ular Perang, panji kapal, diturunkan sehingga kapal tersebut tidak berada di bawah Kolinlamil.
”Semalam (Selasa petang) saya masih mendengar perintah salah satu LST, yakni bekas KRI Tomini 508, ditinggal di Kolinlamil untuk dijadikan Museum Terapung sebagai pelestarian sejarah perjuangan bangsa,” kata seorang mayor pelaut.
Banyak perwira dan pelaut TNI AL yang berharap salah satu kapal bisa dijadikan Museum Terapung. Mereka, para perwira dan prajurit, selalu berkata, ”Wacana ini harus didorong lewat media massa dan akademisi. Kami terikat hierarki militer. Kami memberikan dukungan moral kepada teman-teman untuk mewujudkan gagasan ini.”
Ternyata, kepentingan ekonomi mengalahkan nilai sejarah. Tahu-tahu semua kapal disuruh ditarik ke ”kuburan terakhir” sebuah pemotongan kapal di Cilincing.
Ketua Komunitas Sahabat Museum Ade Purnama yang diundang Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat mengaku sudah mendapatkan dukungan Menko Kesra dan Kementerian Pendidikan untuk melestarikan salah satu kapal sebagai Museum Terapung. Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno sudah mendukung secara lisan.
Sekretaris Menko Kesra Indroyono Susilo menerima permintaan Yayasan Sahabat Museum dan Yayasan Ladang Media untuk menyelamatkan setidaknya KRI Tomini dijadikan Museum Terapung. ”Usulan tersebut sudah disampaikan kepada Panglima TNI dan KSAL yang disambut positif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mendukung,” katanya.
”Di Asia Tenggara hanya Indonesia yang masih punya kapal LST tipe Perang Dunia itu. Pemerintah AS sempat meminta salah satu kapal untuk melengkapi koleksi museum mereka. Kita berharap masih ada waktu menyelamatkan salah satu kapal dari pemotongan. Nilai sejarahnya jauh lebih mahal daripada besi tua,” ujar Ade.(Iwan Santosa)