Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagasan Berlebihan

Kompas.com - 23/05/2012, 04:39 WIB

Jakarta, Kompas - Rencana pemerintah menyatukan zona waktu di Indonesia dinilai sebagai gagasan yang berlebihan dengan tujuannya yang tidak masuk akal. Tidak benar kinerja pasar modal akan membaik dengan mengubah zona waktu, tetapi lebih karena peningkatan produktivitas perusahaan.

”Apa urusannya hendak menaikkan kinerja pasar modal, lalu lebih dari 200 juta penduduk disusahkan,” kata mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (22/5) pagi.

Kalla menyampaikan hal itu sehubungan dengan rencana pemerintah menyatukan zona waktu dan menjadikan waktu Indonesia tengah sebagai patokan waktu. Dengan penyatuan itu, waktu di Indonesia akan sama dengan waktu di Makassar, Manado, Singapura, dan Hongkong.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian Luky Eko Wuryanto mengemukakan, penyatuan zona waktu dari tiga bagian waktu menjadi satu membutuhkan realisasi secepatnya agar tidak mengundang isu-isu baru yang justru membuatnya menjadi tidak kondusif.

Jam kerja

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menegaskan, kalangan pengusaha mendukung rencana pemerintah menyeragamkan zona waktu menjadi setara dengan waktu Indonesia tengah untuk efisiensi dan efektivitas jam kerja. Pemerintah harus menyosialisasikan kebijakan ini secara masif agar fungsi pelayanan publik juga disiplin mengikuti penyatuan zona waktu ini.

Kalla menegaskan, tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa zona waktu akan menaikkan kinerja pasar modal. Pasar modal akan sangat maju bukan karena mengubah zona waktu, melainkan karena meningkatnya produktivitas perusahaan, efisiensi berjalan baik, dan adanya kepercayaan. Tak ada urusan dengan perubahan zona waktu.

”Kita ini negara besar, masak harus masuk ke zona waktu Singapura. Singapura-lah yang harus masuk ke zona waktu kita. Jangan dibalik-balik,” ujar Kalla.

Kalla mengingatkan, menyatukan zona waktu sama artinya dengan membuat pukul 06.00 di zona Indonesia bagian barat menjadi pukul 05.00. ”Sederhananya begini, anak-anak yang biasanya berangkat sekolah ketika matahari terbit, yakni pukul 06.00 pagi, harus berangkat pada pukul 05.00 subuh. Apa tidak kasihan kepada anak-anak itu? Di Singapura boleh saja warga ke sekolah ketika masih gelap sebab di sana aman. Namun, kita tahu bersama bahwa Jakarta tidak seaman Singapura,” kata Kalla.

Ia mengingatkan, jangan lupa, yang berdomisili di zona Indonesia bagian barat mencapai 193 juta penduduk atau 81 persen penduduk Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Jumlah 193 juta atau hampir 81 persen penduduk Indonesia, atau 50 kali penduduk Singapura. Kalau zona waktu diubah pakai satu zona Indonesia tengah, artinya 193 juta penduduk Indonesia harus mengubah ritme hidup mereka. (AS/OIN/HAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com