Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eiffel Tedja, "Pupuk Bawang" Grup Pakuwon

Kompas.com - 04/06/2012, 11:24 WIB

Agaknya ayah dan ibu memperhatikan apa yang saya kerjakan selama ini. Ada trust untuk menjajal kemampuan saya, tentu dengan pengawasan ketat. Saya kerjakan sepenuh hati proyek sekian triliun rupiah ini.

Apakah mudah membangun mal?

Anda bercanda. Sangatlah tidak mudah membangun mal. Kita mesti ekstra sabar, tidak boleh menyerah. Harus amat kreatif dan inovatif. Anda tahu, ketika mal Gandaria City rampung, saya dan tim harus melakukan segala sesuatu agar mal ini diketahui dan dikunjungi publik. Di sinilah ujian terberatnya. Pengusaha yang membuka toko atau restoran belum banyak. Pengunjung otomatis masih minim. Kalaupun pengunjung datang, baru pada tahap menengok-nengok saja.

Masih jarang yang membeli. Mal ini membuat saya sangat tertantang ketika sejumlah pengusaha atau penyewa mengeluh mengapa malnya sepi. Saya kumpulkan semua tim saya. Kami harus melakukan segala cara yang baik untuk menambah energi mal. Perlahan tetapi pasti, pengunjung mulai datang. Anda lihat sekarang, kurang dari dua tahun, mal ini sudah sesak pengunjung. Tingkat hunian mal sudah 98 persen. Inilah yang disebut fantastik. Menurut pengalaman dan statistik, sebuah mal baru berfungsi penuh setelah tahun ketiga. Kami mampu meraih kinerja menakjubkan sebelum dua tahun. Maka, di sini saya ingin sampaikan betapa amat tidak mudah membangun mal, mengisinya, dan membuatnya ramai pembeli. Lihatlah, ketika selesai dibangun, berapa tahun yang dibutuhkan Plaza Senayan, Plaza Indonesia, Pondok Indah Mal, Senayan City, dan Central Park untuk ramai pengunjung? Sangat variatif, tetapi harap diketahui sangat tidak mudah. Butuh waktu lama untuk membuat sebuah mal benar-benar ramai pengunjung.

Hikmah apa yang Anda petik?

Saya jadi jauh lebih sabar, tidak meledak-ledak lagi. Tidak selalu memaksakan keadaan. Saya juga belajar banyak bagaimana menerima semua staf dengan kemampuannya yang tidak merata. Ada yang pintar dan rajin, okay. Ada yang pintar tetapi malas. Ada pula yang tidak jujur, malas, dan bodoh. Ada pula yang sama sekali tidak pintar, tetapi rajinnya bukan alang kepalang. Di sini saya belajar, kalau bertemu dengan orang amat tidak pintar dan malas, saya selalu berusaha mencari kosakata yang pas untuk menyampaikan pesan saya.

Ada yang Anda tekankan kepada karyawan?

Saya minta supaya mereka menjaga hubungan yang amat mesra dengan keluarganya. Ini amat penting sebab mereka yang memiliki keluarga yang harmonis biasanya dapat bekerja dengan baik. Hubungan dengan sesama anggota tim kerja juga bagus. Lagi pula, saya selalu percaya, keluarga yang manis adalah tonggak. Bayangkan, alangkah indahnya hidup ini kalau kembali ke rumah dalam keadaan letih, anak istri kita menyambut dengan segenap senyum. Mereka mengajak kita bercengkerama. Seluruh letih kita ibarat embun yang disapu fajar. Gairah kita untuk berkarya selalu menyala-nyala. Bagi yang tidak percaya, cobalah lihat mata dan senyum anak istri Anda, itulah warna kebahagiaan yang amat luas dan dalam....

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com