Survei dilakukan pada 20 negara untuk menghitung ulang angka pertumbuhan pada 20 negara melalui valuasi layanan ekosistem bagi kesejahteraan manusia. Perhitungan itu ”menghadapkan” angka pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan lingkungan, dihitung dari menurunnya cakupan hutan, menipisnya sumber bahan bakar fosil dan cadangan mineral, menyusutnya lahan pertanian dan situasi perikanan di perairan setiap negara.
Laporan itu memperlihatkan, pertukaran bentuk kapital yang berbeda (manufaktur, manusia, dan modal alam) cenderung meningkatkan kerusakan sumber daya alam. Enam negara menunjukkan jejak tidak berkelanjutan, lima negara menunjukkan tingkat PDB dan Indeks Pembangunan Manusia yang positif, tetapi negatif dalam IWI.
Dengan perhitungan ulang, pertumbuhan ekonomi China sebesar 422 persen (1990-2008) sebenarnya hanya 45 persen kalau diperhitungkan dengan kerusakan sumber daya alam. Brasil 31 persen tinggal 18 persen, AS dari 37 persen tinggal 13 persen, Afrika Selatan 24 persen, malah minus 1 persen setelah penghitungan ulang. Antara tahun 1990 dan 2008, sumber daya alam per kapita turun 33 persen di Afrika Selatan, 25 persen di Brasil, 20 persen di AS, dan 17 persen di China.
Dengan penghitungan ulang, angka pertumbuhan Indonesia yang 7 persen itu boleh jadi sebenarnya jauh di bawah nol....