Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 9 Anak Panah

Kompas.com - 23/07/2012, 16:49 WIB

KOMPAS.com - Papan skor di lapangan panahan Hwarang di dalam kompleks militer Seoul, Korea Selatan, menampilkan angka 982 di urutan teratas. Pemiliknya, tuan rumah Olimpiade 1988. Kolom di urutan kedua dan ketiga masih kosong. Ketegangan menyeruak, hingga terdengar pengumuman dalam bahasa Inggris yang mengejutkan. Tim panahan beregu putri Indonesia dan Amerika Serikat meraih skor sama 952. Keduanya harus bertarung ulang.

Tiga Srikandi Indonesia, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani, harus berduel melawan para pemanah AS di nomor terakhir, 70 meter. Sembilan anak panah yang meluncur dari busur-busur Srikandi Indonesia menancap di papan target. Indonesia meraih angka 72 di babak ulangan itu, mengalahkan AS yang meraih nilai 67 karena satu anak panah meleset.

Ketenangan, kesabaran, dan mental petarung tiga Srikandi Indonesia menjadi tonggak sejarah prestasi bangsa ini di olimpiade. Pertarungan selama 6 jam 15 menit sejak babak semifinal hingga final yang dijalani ketiga pemanah putri polesan pelatih Donald Pandiangan itu melahirkan medali perak.

Medali perak itu merupakan medali pertama Indonesia setelah 36 tahun mengikuti olimpiade. Sabtu sore, 1 Oktober 1988, itu, kontingen Indonesia bergembira. Tangis bahagia, pelukan haru, dan senyum puas menjadi akhir yang sempurna.

Keberhasilan Indonesia meraih medali perak panahan kelompok beregu putri ini di luar dugaan karena para Srikandi Indonesia kurang beruntung di nomor perseorangan putri. Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani gugur di babak perempat final, sedangkan Nurfitriyana Saiman terhenti di semifinal.

Namun, tiga Srikandi Indonesia tampil bagus sejak semifinal beregu putri. Konsentrasi ekstra tinggi selama 2 jam 15 menit menempatkan Indonesia di peringkat keempat dengan skor 978. Indonesia lolos ke final bersama tujuh negara lain, yaitu Korea Selatan, AS, Jerman Barat, Inggris, Uni Soviet, Swedia, dan Perancis.

Di nomor 30 meter babak final, Indonesia membuat kejutan, berada di urutan teratas dengan skor 259, mengungguli Korea Selatan (258) dan AS (253).

Awal sempurna yang menggenjot semangat, motivasi, dan kepercayaan diri untuk bertarung hingga akhir di lapangan berumput hijau yang diapit pepohonan yang berjajar rapi.

Pada putaran kedua, nomor 50 meter, Indonesia mengumpulkan angka 237 sama dengan AS. Korea Selatan unggul dengan angka 240. Pada putaran ketiga, nomor 60 meter, Indonesia merosot ke peringkat ketiga dengan angka 235 di bawah Uni Soviet yang meraih angka 241.

Ketegangan menyeruak di nomor 70 meter. Pada putaran terakhir ini, Korsel kokoh dengan 243. Indonesia turun drastis ke peringkat ketujuh dengan angka 221, tujuh poin di bawah AS.

Pada akhir putaran terakhir inilah ketegangan memuncak karena Indonesia dan AS harus bertanding ulang. Anak panah terakhir Srikandi Indonesia menancap di papan target. Saat itulah tonggak prestasi Indonesia menancap dalam garis sejarah pesta olahraga paling kuno di muka bumi ini. (ANG)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

    Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

    Whats New
    LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

    LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

    Whats New
    ?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

    ?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

    Whats New
    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Whats New
    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Whats New
    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Whats New
    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Whats New
    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Whats New
    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Whats New
    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Whats New
    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Work Smart
    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Whats New
    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Whats New
    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Whats New
    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com