Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Tempe Tahu Bulukumba Pun Menjerit

Kompas.com - 25/07/2012, 11:17 WIB
Kontributor Bulukumba, Rini Putri

Penulis

BULUKUMBA, KOMPAS.com - Kenaikan harga kedelai yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir di seluruh wilayah Indonesia, juga membuat perajin tempe dan tahu di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan menjerit. Bahkan, beberapa perajin tidak dapat membeli kedelai yang merupakan bahan baku.

"Saya juga pusing dengan kondisi seperti ini, kenaikan harga kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe cukup menyiksa kami sebagai perajin," ungkap seorang perajin tahu, Nanang, Rabu (25/7/2012).

Nanang merinci, sebelumnya ia membeli kedelai dengan harga Rp.5.000 per kilogram, seminggu berselang, harga kedelai naik menjadi Rp 6.000 per kilogram, dan kini harganya sudah menjadi Rp 8.500 per kilogram. Sementara, untuk produksi tahu per hari, Nanang membutuhkan sekitar 600 hingga 800 kilogram. "Biasanya kami menggunakan 600 sampai 800 kilo kedelai per hari, dan bahkan bisa lebih karena permintaan tahu di Bulukumba cukup tinggi apalagi di bulan puasa," kata Nanang.

Akibat dari kenaikan bahan baku, para perajin tahu maupun tempe terpaksa menyiasatinya dengan memperkecil ukuran tempe dan tahu. "Harga tahu perpotong dengan ukuran panjang, saya tidak naikkan tetap dengan harga Rp.1.000. Cuman saya sedikit mengurangi panjangnya. Karena kalau harga kami naikkan biasanya para pembeli protes," ungkapnya.

Meski demikian, para perajin masih merasa kesulitan untuk mendapatkan keuntungan untuk membayar para pekerja mereka.  "Tipis sekali keuntungannya, belum lagi upah pekerja yang harus dikeluarkan dari keuntungan itu," jelas Nanang.

Biasanya, di bulan suci Ramadhan, para perajin mendapat peningkatan omzet dua kali lipat dari hari biasa. Namun, semenjak kenaikan harga, mereka malah membatasi produksi menjadi lebih sedikit, agar stok kedelai yang masih ada bisa diproduksi, sambil menunggu pasokan kedelai baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com