Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: 2012, Pertumbuhan Kredit Bisa 26 Persen

Kompas.com - 27/08/2012, 16:18 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir, kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Menurutnya, kondisi ini bisa menimbulkan risiko yakni ekonomi yang "overheating".

"Kredit kita ini pertumbuhannya sudah tinggi sekali walaupun saya bilang rasionya (terhadap produk domestik bruto) rendah," ujar Darmin, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Senin (27/8/2012).

Darmin menjelaskan, pertumbuhan kredit selalu di atas 23 persen dalam tiga tahun terakhir. Tahun ini, kata dia, diperkirakan kredit bisa tumbuh hingga 25-26 persen. Angka tersebut, kata dia, cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain.

"Banyak orang mengatakan ini ketinggian. Ini tidak bisa terus-terusan begini, nanti overheating," tegasnya.

Akan tetapi, lanjut Darmin, pertumbuhan kredit yang tercepat dalam prediksi 25-26 persen itu adalah kredit investasi, bukan kredit konsumsi atau modal kerja. Kemungkinan, kata dia, kredit investasi tersebut dipakai untuk ekspor.

"Banyak lihat terlalu tinggi, tapi kita sendiri melihat kalau dikatakan terlalu tinggi ya memang persoalannya mungkin dipakai untuk investasi ekspor. Mungkin enggak bisa dibilang terlalu tinggi," kata Darmin.

Tetapi, masalah timbul bila kredit tersebut untuk investasi yang menghasilkan barang di dalam negeri, termasuk real estat. Namun, terhadap pertumbuhan kredit di real estat yang cukup cepat belakangan ini, BI pun memberlakukan aturan loan to value ratio.

"Kita tekan sedikit, enggak akan banyak dampaknya," ujarnya.

Darmin mengatakan, overheating atau tidak sangat tergantung dua hal. Salah satunya adalah mendorong kredit pada investasi untuk menghasilkan ekspor.

"Sangat tergantung dua hal. Satu, FDI bisa kita dorong atau tidak. Dua, kita bisa dorong kredit lebih pada investasi untuk menghasilkan ekspor," jelas Darmin.

Sebelumnya, terkait overheating, Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat, ekonomi Indonesia tidak akan "kepanasan" sejauh inflasi bisa dijaga di bawah 5 persen dan ekonomi tumbuh minimal 6 persen. Dia mengatakan, pencapaian ekonomi Indonesia yang tumbuh 6,4 persen pada kuartal II, terbilang cukup baik di tengah ancaman krisis yang sedang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

Dua hal yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi adalah tingginya konsumsi domestik dan investasi. Ia pun memproyeksikan, ekonomi masih akan tumbuh di kisaran 6,3-6,4 persen pada dua kuartal terakhir seiring ekspor yang semakin melemah.

"Untuk 2012 sendiri, proyeksi pertumbuhan ekonomi berkisar 6,3-6,4 persen," kata Ryan, beberapa waktu lalu.

Pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen menjadi salah satu syarat untuk menjaga ekonomi tidak overheating. Syarat lainnya adalah inflasi yang dijaga di bawah 5 persen. Overheating adalah kondisi perekonomian yang tumbuh positif, tetapi dibarengi dengan tingkat inflasi yang tinggi, utamanya akibat kenaikan daya beli masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Terapkan Ekonomi Sirkular, Aqua Gandeng Ikatan Pemulung

Whats New
Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com