Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan DPR yang Membuat Menkeu Gebrak Meja

Kompas.com - 10/09/2012, 18:55 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Golongan Karya, Kamaruddin Sjam, menjelaskan bahwa pemerintah harus memasukkan angka-angka indikator mikro yang bisa menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Karena tidak mau memasukkan indikator itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo sempat kesal dan menggebrak meja pada saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI.

"Itu sudah perintah (mandatory) undang-undang. APBN yang ditetapkan setiap tahun itu harus dibuat secara transparan dan bisa dimanfaatkan oleh sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bukan melulu soal angka pertumbuhan ekonomi yang sebesar itu," kata Kamaruddin selepas Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi XI Jakarta, Senin (10/9/2012).

Hingga saat ini, pemerintah memang mendapat pujian, baik dari tingkat Asia maupun global, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh dengan baik. Pertumbuhan ekonomi negara lain hanya naik tipis, stagnan, bahkan anjlok karena krisis Eropa.

Namun, Kamaruddin menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi itu tidak ada artinya, khususnya bila tidak mencerminkan indikasi-indikasi mikro, seperti angka penurunan kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran, hingga penciptaan lapangan kerja baru. "Maka kami minta angka indikator tersebut bisa dimasukkan sehingga indikator pertumbuhan ekonomi bisa lebih jelas diketahui masyarakat," ujarnya.

Kamaruddin menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen pada kuartal II-2012 hanya mencerminkan ekonomi perkotaan. Padahal, sekitar 80 persen masyarakat Indonesia masih hidup di pedesaan. Kamaruddin ingin agar angka-angka pertumbuhan ekonomi itu bisa mencerminkan ekonomi pedesaan secara menyeluruh, yaitu berdasarkan indikator-indikator mikro yang bisa dilampirkan di APBN tahun depan.

"Apa artinya angka 6,4 persen bagi masyarakat pedesaan, kalau mereka masih sengsara, susah cari kerja, daya beli juga susah. Kita tidak akan menyetujui RAPBN tersebut kalau pemerintah tidak mau mencantumkan indikator tadi," kata Kamaruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Migas Elnusa Bakal Tebar Dividen Rp 201 Miliar

Emiten Migas Elnusa Bakal Tebar Dividen Rp 201 Miliar

Whats New
Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Kewajiban Sertifikat Halal bagi UMKM Ditunda hingga 2026

Whats New
BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

BW Digital dan Anak Usaha Telkom Bangun Sistem Komunikasi Kabel Laut Hubungkan Australia, RI, Singapura

Whats New
Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Garuda Indonesia Hentikan Sementara Operasional Pesawat yang Alami Insiden Mesin Terbakar

Whats New
IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Akan Melemah, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Ditopang Data Inflasi AS, Wall Street Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Masih Terkendali, Inflasi AS Bulan April Turun Jadi 3,4 Persen

Whats New
Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Fitch Ratings Proyeksi Defisit Anggaran Pemerintahan Prabowo-Gibran Melebar Dekati 3 Persen

Whats New
RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

RI Raup Rp 14,8 Triliun dari Ekspor Tuna, Pemerintah Harus Jaga Populasinya

Whats New
OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

OJK Sebut Porsi Pembiayaan Kendaraan Listrik Baru 0,01 Persen

Whats New
Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren Masuk Tahap Evaluasi Awal

Whats New
[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

[POPULER MONEY] 2.650 Pekerja Pabrik di Jabar Kena PHK dalam 3 Bulan Terakhir | Percikan Api Bikin Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara

Whats New
Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai 'Take Off', Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Mesin Pesawat Garuda Terbakar Usai "Take Off", Kemenhub Lakukan Inspeksi Khusus

Whats New
Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Apa Itu Saham Syariah? Simak Pengertian dan Karakteristiknya

Earn Smart
Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Simak 3 Tips Melunasi Pinjaman Online secara Efektif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com