Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarum Foundation Rangkul Dua Pembatik Kudus

Kompas.com - 11/09/2012, 17:10 WIB
Alb. Hendriyo Widi Ismanto

Penulis

KUDUS, KOMPAS.com - Djarum Foundation melalui program Bakti Budaya Djarum Foundation merangkul dua pembatik Kudus, Jawa Tengah. Hal itu bertujuan untuk melestarikan sekaligus mempopulerkan batik kudus.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari, Selasa (11/9/2012), mengatakan, dua perajin dan pengusaha batik itu adalah Ummu Asiyati dan Yuli Astuti. Ummu merupakan pemilik Batik Alfa, sedangkan Yuli pemilik Muria Batik Kudus.

Kedua pembatik dan pengusaha batik itu mengembangkan motif-motif batik khas Kudus. Misalnya motif tembakau, penggiling rokok, cengkeh, menara kudus, parijoto, dan kaligrafi.

"Kami mempromosikan batik-batik mereka melalui pameran-pameran, sejumlah pejabat tinggi, dan sejumlah artis ternama," kata Reinata.

Yuli Astuti mengemukakan, batik kudus pernah berkembang pada abad ke-17. Namun, pada abad ke-18, batik kudus mulai tidak diminati.

"Baru pada 2006 batik kudus mulai dihidupkan lagi. Untuk itulah kami mengapresiasi mereka yang telah berupaya melestarikan dan menumbuhkan batik, terutama Pemkab Kudus dan Djarum Foundation, serta para pecinta batik," kata dia.

Dalam buku "The Journey: Batik Pesisir from Semarang, Kendal, Demak, & Kudus" karya Leneke F Priyo, batik Kudus baru dikenal pada abad 17. Pembatik yang terkenal pada era itu adalah GS Liem, TS Ing, dan Pho An Nyo.

Dalam buku "Keretek, Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota" karya Roes Topatimasang, dkk, batik kudus kalah dengan batik dari Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, dalam kurun waktu 1870-1880. Akibatnya, pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa beralih ke berbagai jenis usaha lain, termasuk industri kretek.

Semula batik dikembangkan di Kudus Kulon, kota lama Kudus. Setelah vakum sekitar 100 tahun, batik kudus berkembang sejumlah desa di Kecamatan Gebog.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com