Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Fokuskan Dampak Ekonomi

Kompas.com - 18/09/2012, 02:24 WIB

Jakarta, Kompas - Komisi Nasional Pengendalian Tembakau tengah merumuskan cara baru, yaitu menguak sisi kerugian ekonomi yang ditanggung negara akibat rokok. Penyebabnya, sosialisasi dampak rokok terhadap kesehatan dinilai belum mampu mendorong pemerintah untuk menerapkan Undang-Undang Pengendalian Tembakau.

”Pemerintah dan legislatif belum fokus terhadap kesehatan. Meski kita sudah mengampanyekan dampak rokok terhadap kesehatan, belum ada perubahan kebijakan,” kata Hasbullah Tabrany, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dalam bincang-bincang dengan media massa di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Senin (17/9).

Menurut Komnas Pengendalian Tembakau, pada 2012 diperkirakan lebih dari Rp 180 triliun uang ”terbakar” untuk konsumsi rokok. Sebagian besar dilakukan masyarakat miskin. ”Yang mendapat keuntungan besar adalah perusahaan rokok, bukan petani tembakau, apalagi buruh pabrik,” kata Hasbullah.

Hasbullah mengharapkan media massa mendukung kampanye dampak negatif rokok, baik terhadap kesehatan maupun ekonomi bangsa. Ia berharap media massa tidak membesar-besarkan kerugian yang bakal ditanggung industri rokok jika Indonesia memberlakukan Undang-Undang Pengendalian Tembakau.

”Di China, ketika pengendalian tembakau dilaksanakan, petani tembakau beralih menanam jagung. Ternyata hasilnya lebih besar,” kata Hasbullah. Jumlah petani di Indonesia yang bergantung pada tembakau, menurut penelitian Hasbullah, kurang dari 600.000 orang. Sebaliknya, sekitar 170 juta rakyat Indonesia keracunan rokok.

Soewarta Kosen, peneliti di Balitbangkes Kementerian Kesehatan, mengatakan, secara makro, kerugian yang ditanggung negara akibat rokok sebesar Rp 245,4 triliun. Jumlah itu mencakup biaya perawatan perokok untuk beberapa penyakit besar, seperti stroke, serangan jantung, kanker paru, dan penyakit paru kronis. Padahal, penghasilan negara dari cukai rokok hanya Rp 55,6 triliun.

Laksmiati A Hanafiah, Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau, mengatakan, dampak ekonomi itu akan semakin besar karena terbukti ada perokok pasif ketiga. Dalam hal ini, bayi-bayi yang secara tidak langsung teracuni oleh partikel-partikel dari asap rokok yang menempel di baju orangtuanya, tirai, ataupun seprai. (IND)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com