Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2012, 09:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Dr Prijo Sidiprotomo, Sp Rad(K), mengatakan bahwa iklan rokok di media, juga di tempat umum, harus diatur secara serius. Prijo pernah menyampaikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) supaya melarang dengan tegas terhadap iklan yang tidak memberi manfaat bagi masyarakat.

"KPI meminta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) masuk di dalam tim yang sifatnya ad hoc untuk pengaturan iklan rokok ini," ujar Prijo yang juga menjabat sebagai Ketua Umum IDI di Jakarta, Senin (17/9/2012).

Menurut Prijo, iklan rokok di media juga tempat umum sehingga sangat memengaruhi konsep dan pemikiran masyarakat. Bahkan, kini industri rokok menyasar perempuan dan kaum muda sebagai pangsa pasar baru.

Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau Laksmiati A Hanafiah menambahkan, industri rokok kini sangat berpengaruh di mana-mana. Bahkan, mereka ikut dilibatkan dalam pembuatan kebijakan yang ada kaitannya dengan kesehatan. Akibatnya, kegiatan merokok seolah bukan sesuatu yang berbahaya dan patut diwaspadai.

"Merokok itu sekarang dianggap sebagai sesuatu yang normal dan tidak ada risikonya sama sekali. Padahal akibatnya akan terasa 10-15 tahun lagi, juga memengaruhi orang lain yang tidak merokok," ungkapnya.

Kanchit Limpakarnjanarat, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia, mengatakan, dibutuhkan komitmen besar dari pemerintah, media, juga warga negara untuk memerangi epidemi rokok. Karena itu, ia berharap media ikut berperan penting menjadi bagian dalam upaya pengendalian rokok yang digalakkan pemerintah.

Pernyataan Kanchit ini mengacu pada hasil Global Adult Tobacco Survey 2011 (GATS 2011) yang menyebutkan bahwa 34,8 persen atau sekitar 60 juta orang dewasa di Indonesia aktif merokok. Hal ini menempatkan Indonesia di posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67 persen laki-laki dan 2,7 persen perempuan.

Rokok bukan saja berbahaya bagi pengisapnya. Berdasarkan data, para perokok pasif yang terpapar asap rokok mencapai 51,3 persen atau 14,6 juta orang dewasa di tempat kerja, 78,4 persen atau 133,3 juta orang dewasa terpapar asap di rumah, dan 85,4 persen atau 44 juta orang dewasa terpapar asap rokok di restoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Mendag Ogah Revisi Permendag 8/2024, Asosiasi Pertekstilan: UU Pemilu Saja Bisa Diganti...

Whats New
Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Pemerintah Pakai Produk Semen Rendah Emisi Karbon untuk Bangun IKN

Whats New
Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Tahun Ini, Emiten Beras NASI Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 618 Persen

Whats New
Hingga April 2024, Jumlah Nasabah Tabungan Haji BSI Tembus 5,1 Juta

Hingga April 2024, Jumlah Nasabah Tabungan Haji BSI Tembus 5,1 Juta

Whats New
MTDL Bakal Tebar Dividen Rp 257,8 Miliar dari Laba Bersih 2023

MTDL Bakal Tebar Dividen Rp 257,8 Miliar dari Laba Bersih 2023

Whats New
Pasarnya Potensial, Chevron-Caltex Perkuat Bisnis Pelumas Industri di Indonesia

Pasarnya Potensial, Chevron-Caltex Perkuat Bisnis Pelumas Industri di Indonesia

Whats New
Permudah Bayar Iuran, BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Danamon

Permudah Bayar Iuran, BPJS Ketenagakerjaan Gandeng Danamon

Whats New
Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Whats New
Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Rilis
Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang 'Berkeringat' Berikan Kredit

Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang "Berkeringat" Berikan Kredit

Whats New
Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Whats New
Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Whats New
Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Whats New
Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Whats New
Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com