Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remitansi Tenaga Kerja Asing Meningkat

Kompas.com - 20/09/2012, 02:37 WIB

Jakarta, Kompas - Surplus transfer berjalan semakin menipis turut memperdalam defisit transaksi berjalan. Mayoritas unsur dalam transfer berjalan berupa remitansi tenaga kerja.

Data Bank Indonesia yang dikutip Kompas, Rabu (19/9), menunjukkan, surplus transfer berjalan per triwulan II-2012 sebesar 836 juta dollar AS (Rp 7,9 triliun), turun dari triwulan I-2012 yang sebesar 990 juta dollar AS (Rp 9,4 triliun). Arus pengiriman remitansi tenaga kerja asing di Indonesia ke luar negeri cenderung meningkat.

Surplus remitansi tenaga kerja juga merosot, dari 1,146 miliar dollar AS pada triwulan I-2012 menjadi 1,095 miliar dollar AS pada triwulan II-2012. Hal itu disebabkan remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang masuk cenderung statis, sedangkan remitansi tenaga kerja asing (TKA) yang keluar dari Indonesia cenderung meningkat. Akibatnya, selisih devisa tenaga kerja Indonesia yang masuk dari luar negeri dengan remitansi yang ke luar negeri semakin tipis.

Pada triwulan II-2012, remitansi TKI sebesar 1,684 miliar dollar AS, sedangkan TKA sebesar 589 juta dollar AS.

Direktur Statistik Ekonomi dan Moneter BI Dodi Zulverdi pernah menyampaikan, semakin tipisnya selisih remitansi TKI dan TKA antara lain akibat moratorium pengiriman TKI ke luar negeri. Selisih pendapatan TKI dan TKA juga cukup besar.

”Semakin banyak penanaman modal asing ke Indonesia, efeknya tenaga kerja asing semakin banyak,” ujar Dodi.

Data BI per triwulan II-2012, jumlah TKI sebanyak 3,982 juta orang, sedangkan TKA sekitar 62.000 orang. Umumnya TKA di Indonesia punya peran manajerial. Saat ini, 23.000-an orang sebagai tenaga profesional, 7.500-an orang sebagai direksi/komisaris, 3.000-an orang sebagai supervisor, 12.000-an orang sebagai manajer, 3.000-an orang sebagai teknisi, dan 11.000-an orang sebagai konsultan.

Kondisi ini sebenarnya tidak terlepas dari perlindungan pemerintah yang lemah. Pasar kerja yang fleksibel telah menjebak pekerja Indonesia, yang sebagian besar berpendidikan rendah, di pekerjaan dengan upah kecil. Demikian pula TKI.

Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan, meski sebagian besar dari 6,5 juta TKI bekerja sebagai pekerja rumah tangga, mereka kompeten dan menguasai bahasa asing. Namun, TKI kerap diremehkan.

”Kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena TKI tidak dihargai dengan semestinya. Hal ini tidak menjadi kepedulian pemerintah karena yang menjadi target adalah perluasan pasar, bukan kelayakan upah dan pekerjaan,” ujar Anis. (idr/ham)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com