Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Tolak Alih Fungsi Lahan Sawah

Kompas.com - 24/09/2012, 14:16 WIB
Amanda Putri Nugrahanti

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com -- Aksi dalam rangka memperingati Hari Tani juga berlangsung di Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (24/9/2012). Para petani dan aktivis yang tergabung dalam Gerakan Petani Salatiga Menggugat (GPSM), menolak alih fungsi lahan sawah yang akan berdampak pada hilangnya mata pencaharian petani.

Tergabung dalam aksi itu Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT), Aliansi Petani Indonesia (API) Jateng, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, serta beberapa gerakan mahasiswa lainnya. Mereka menuntut pemerintah melaksanakan reformasi agraria berdasarkan Undang-Undang (UU) Pokok Agraria tahun 1960 untuk kesejahteraan petani, dan mencabut UU Perkebunan, UU Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Publik, UU Kehutanan, UU Sumber Daya Air, UU Pangan, yang dinilai bertentangan dengan UU Dasar 1945.

Secara khusus, di Kota Salatiga, para petani menuntut pemerintah menghentikan alih fungsi lahan sawah. Perubahan status desa menjadi kelurahan membuat petani semakin terpinggirkan. Petani penggarap yang biasanya mengolah tanah bengkok atau tanah kas desa, kini kesulitan, karena harus bersaing dalam mekanisme lelang.

Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki 1, Syaifudin Kuri mengungkapkan, ada 52 petani penggarap di Desa Bugel, Kecamatan Sidorejo Lor, Salatiga, yang terancam kehilangan mata pencaharian jika pemerintah Kota Salatiga merealisasikan pembangunan Taman Wisata Religi di lokasi seluas sedikitnya lima hektar.

"Selama ini sawah menjadi penghidupan kami. Jika sawah harus dialih fungsi menjadi taman wisata, lalu kami bekerja apa?" ujar Syaifudin.

Karena itu, mereka kemudian beraudiensi dengan para anggota DPRD Kota Salatiga guna menyampaikan kekhawatiran itu. Ketua DPRD Kota Salatiga, Teddy Sulistyo, menuturkan, rencana pembangunan Taman Wisata Religi di Desa Bugel masih sebatas wacana. Belum ada dana tersedia untuk pembangunannya, demikian juga belum ada investor yang tertarik mengembangkan kawasan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com