Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Kisruh Gadai Emas, BRI Syariah Langgar Unsur Kehati-hatian

Kompas.com - 26/09/2012, 01:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia sudah memanggil dua bank syariah terkait masalah gadai emas. Hasil pemeriksaan Bank Indonesia menunjukkan bank syariah itu tidak melanggar kontrak namun menabrak unsur kehati-hatian.

Salah satu bank yang menjadi pasien Bank Indonesia itu adalah BRI Syariah. Satu pasien Bank Indonesia lainnya belum diketahui. Direktur Eksekutif Perbankan Syariah Bank Indonesia Edy Setiadi masih enggan membeberkan identitasnya.

Dari pemeriksaan itu, Bank Indonesia menyatakan BRI Syariah ternyata tidak melanggar kontrak dengan Butet Kartaredjasa. Sekedar menyegarkan ingatan, masalah gadai emas mencuat setelah seniman Butet Kartaredjasa merasa dirugikan oleh BRI Syariah. Butet adalah nasabah BRI Syariah di Yogyakarta.

Pada Agustu 2011, Butet membeli emas di BRI Syariah sebanyak 4,83 kilogram dan 600 gram. Ia menyetor dana sebesar 10 persen dari total harga emas. Sisanya dibayarkan secara mencicil tiap empat bulan. Butet juga harus membayar biaya titip (ujroh) lantaran emasnya disimpan di brankas BRI Syariah hingga kontrak berakhir.

Masalah muncul ketika Butet tak lagi bisa membayar sisa angsurannya. Setelah berkomunikasi dengan BRI Syariah, Butet mengetahui kontraknya telah berakhir. BRI Syariah meminta Butet menebus emas tersebut. Namun, Butet enggan. Alhasil, pada 18 Agustus 2012, BRI Syariah menjual emas tersebut. Butet menuding pemutusan kontrak itu secara sepihak dan tidak memenuhi unsur syariah.

Edy menerangkan, kontrak gadai emas Butet itu telah jatuh tempo. Ketika itu, lanjutnya, Butet tidak bisa melunasi dan tidak membayar biaya penitipan. "Direksipun akhirnya memutuskan melakukan penghapusan piutang karena inikan sudah menggangu dan bisa masuk ke NPL," ucapnya.

Namun, Bank Indonesia menyatakan, BRI Syariah melanggar unsur kehati-hatian. Pasalnya, pembelian emas yang dilakukan Butet dilakukan dengan cara qardh. Secara umum, qardh berarti jual beli atau pengalihan atas hak. Menurut Edy, Bank Indonesia sendiri belum membuat aturan dengan qardh.

Hasil pemeriksaan Bank Indonesia juga menunjukkan perlindungan terhadap konsumen Indonesia masih rendah. Karena itu, Edy mengaku siap memediasi perbankan dan nasabah yang bermasalah.

Atas temuan ini, Bank Indonesia siap menjatuhkan sanksi kepada perbankan syariah itu. Edy tidak secara tegas menyatakan sanksi bagi BRI Syariah tersebut. Namun, menurutnya, ada beberapa sanksi diantaranya tidak diperbolehkan membuka kantor dalam jangka waktur tertentu, dihentikan atau tidak dapat membuat produk baru ataupun sanksi fit and proper test. (Anna Suci Perwitasari/Kontan)

 Untuk lebih lengkap silakan baca Topik Gadai Emas Menuai Masalah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 69 Diperpanjang, Simak Syarat dan Caranya

    Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 69 Diperpanjang, Simak Syarat dan Caranya

    Whats New
    Sri Mulyani Sebut Program Makan Bergizi Penting Buat Perbaikan SDM

    Sri Mulyani Sebut Program Makan Bergizi Penting Buat Perbaikan SDM

    Whats New
    Google PHK 100 Karyawan di Unit Cloud

    Google PHK 100 Karyawan di Unit Cloud

    Whats New
    Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat Selesai Dibangun, Kereta Otonom IKN Siap Diuji Coba Agustus

    Jalan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat Selesai Dibangun, Kereta Otonom IKN Siap Diuji Coba Agustus

    Whats New
    Pertamina Pastikan Kesiapan Pasok Energi Hijau di IKN

    Pertamina Pastikan Kesiapan Pasok Energi Hijau di IKN

    Whats New
    Relaksasi Kebijakan Ekspor Pertambangan, Beberapa Konsentrat Kini Bisa Diekspor

    Relaksasi Kebijakan Ekspor Pertambangan, Beberapa Konsentrat Kini Bisa Diekspor

    Whats New
    Kekhawatiran Finansial Terbesar adalah Tak Punya Uang Saat Pensiun

    Kekhawatiran Finansial Terbesar adalah Tak Punya Uang Saat Pensiun

    Earn Smart
    Stafsus Sri Mulyani Pastikan Gaji Mantan Kepala Otorita IKN Sudah Dilunasi

    Stafsus Sri Mulyani Pastikan Gaji Mantan Kepala Otorita IKN Sudah Dilunasi

    Whats New
    Harga Emas Terbaru 4 Juni 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 4 Juni 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Ditargetkan Beroperasi 1 Agustus, Menhub Ungkap Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN

    Ditargetkan Beroperasi 1 Agustus, Menhub Ungkap Progres Pembangunan Bandara VVIP IKN

    Whats New
    Dana Abadi Daerah: Solusi Penuh Tantangan

    Dana Abadi Daerah: Solusi Penuh Tantangan

    Whats New
    Mengenal Istilah Delisting dan Relisting di Bursa Efek Indonesia

    Mengenal Istilah Delisting dan Relisting di Bursa Efek Indonesia

    Earn Smart
    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

    Whats New
    Borong Saham BBCA Rp 1,98 Miliar, Ini Alasan Bos BCA Jahja Setiaatmadja

    Borong Saham BBCA Rp 1,98 Miliar, Ini Alasan Bos BCA Jahja Setiaatmadja

    Whats New
    Penuhi Kebutuhan Pertahanan RI, PT Len Bentuk 'Joint Venture' dengan Perusahaan Teknologi Perancis

    Penuhi Kebutuhan Pertahanan RI, PT Len Bentuk "Joint Venture" dengan Perusahaan Teknologi Perancis

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com