Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Pensiun China Terancam Menipis

Kompas.com - 03/10/2012, 02:27 WIB

Guo Shuhe, seorang petani yang berusia 80 tahun, menerima tunjangan pensiun sebesar 55 yuan atau sekitar Rp 85.000 setiap bulan. Uang itu tidak cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Untuk menambah penghasilan, Guo yang kulitnya sudah keriput menghabiskan sebagian besar waktunya di ladang. Dia adalah salah satu dari 150 juta orang China yang mendapatkan dana pensiun pemerintah.

”Uang pensiun 55 yuan sebulan sangat sedikit, tetapi lumayan daripada tidak dapat apa-apa,” katanya. Guo tua tinggal di desa Ledu di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut, di pegunungan Qinghai yang berbatasan dengan Tibet.

Petani tua itu merasa beruntung karena mendapat dukungan finansial dari enam anaknya. Namun, bagi generasi muda yang pensiun di masa depan, jaring pengaman keluarga tradisional China seperti itu sudah luntur. Penggantinya adalah skema pensiun untuk orang tua.

Sebelumnya, UNFPA, badan dunia yang mengurusi populasi, menyerukan kepada pemerintah agar memperhatikan kesejahteraan orang tua. Jumlah populasi warga berusia di atas 60 tahun diprediksi meningkat dari 800 juta saat ini menjadi 2 miliar pada 2050. Masalah ini ada di banyak negara, termasuk China.

Politisi dan ekonom sudah lama mengkhawatirkan beban finansial bagi skema pensiun China. Kekhawatiran itu meningkat menyusul berkurangnya dana pensiun pedesaan selama tiga tahun terakhir.

Defisit dana pensiun pedesaan dapat mencapai 10,8 triliun dollar AS dalam 20 tahun ke depan, dari 2,6 triliun dollar pada 2010. Jumlah ini melampaui cadangan devisa China yang saat ini sebesar 3 triliun dollar AS, terbesar di seluruh dunia.

Peningkatan populasi China yang cepat tidak diimbangi dengan kenaikan kemampuan membayar tunjangan pensiun. Hal ini antara lain karena rendahnya imbal hasil instrumen investasi dana pensiun.

Penyebab lain adalah bertambahnya populasi pensiunan yang harus ditanggung dan menurunnya jumlah angkatan kerja. Lebih banyak orang memilih pensiun dini, sedangkan harapan hidup bertambah panjang sehingga pemerintah semakin lama memberi tunjangan pensiun.

Masalah pensiun ini tidak dapat diabaikan begitu saja oleh China. Xi Jinping, calon presiden China, harus menambah usia pensiun sekaligus menambah dana pensiun yang dibiayai dengan aset negara.

”Ini merupakan isu yang sangat penting untuk pemimpin yang akan datang. Tidak ada banyak waktu untuk menyelesaikan hal ini,” kata Zhao Xijun, profesor ekonomi pada Universitas Renmin di Beijing.

Masalah pensiunan di China memang bukan hal yang mudah diselesaikan. Namun, jaminan pensiun yang baik akan berdampak positif bagi perekonomian China. Jaminan pensiun yang memadai akan meningkatkan konsumsi domestik di negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia itu.

Dengan demikian, China akan dapat melepaskan diri dari ketergantungan ekspor dan tidak terjebak dalam jebakan negara kelas menengah.

Selain itu, memberi kenyamanan dan ketenangan bagi pekerja tentang pensiun mereka akan meningkatkan daya beli di masa depan. Demikian menurut para ekonom.

”Tentu tidak cukup jika mengandalkan dana pensiun dari pemerintah. Kami ingin agar pemerintah menaikkan uang pensiun kami,” ujar Guo, seperti harapan banyak orang tua lain di China. (Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com