Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prima Jaya Kecewa dengan Direksi Baru Telkomsel

Kompas.com - 10/10/2012, 14:02 WIB

GoogleKartu Prima.

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Prima Jaya Informatika mengungkapkan kekecewaannya pada Direksi baru PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Direksi baru Telkomsel dianggap telah memutus kontrak kerjasama secara sepihak kepada Prima Jaya dalam distribusi kartu perdana dan voucher isi ulang pulsa edisi Prima.

Perjanjian kerjasama antara Telkomsel dan Prima Jaya ditandatangani pada 1 Juni 2011, untuk jangka waktu 2 tahun sampai 1 Juni 2013.

Chairman Prima Jaya Informatika Tonny Djayalaksana mengatakan, Direksi baru (Telkomsel) yang menjabat sejak 22 Mei 2012, memutus hubungan kerjasama dengan Prima Jaya pada 30 Mei 2012. Yang membuat Tonny merasa dilecehkan, penghentian operasional distribusi kartu Prima ini disampaikan lewat email dan dikirim oleh seorang staf, bukan petinggi Telkomsel.

"Dalam email itu tertulis, atas perintah dari Direksi yang baru, Telkomsel menghentikan operasional kartu Prima sampai batas waktu yang belum ditentukan," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat antara Komisi I DPR dengan Prima Jaya Informatika dan Yayasan Olahragawan Indonesia, Selasa (9/10/2012).

Setelah Prima Jaya menerima email tersebut, Tonny berulang kali meminta klarifikasi, namun Telkomsel tidak mengindahkan. Ia juga merasa, ada yang menganggap bahwa Prima Jaya adalah rezim Direksi lama Telkomsel, dan ada pihak yang tidak senang melihat kerjasama Prima Jaya dengan Telkomsel.

Hingga akhirnya, Prima Jaya menggugat pailit Telkomsel di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 16 Juli 2012, dan menuduh Telkomsel berutang Rp 5,260 miliar. Untuk mendukung permohonannya, Prima Jaya mengajak PT Extend Media Indonesia mengajukan permohonan yang sama.

Pada 14 September 2012, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan Telkomsel pailit karena dinilai tidak dapat membayar utang yang sudah jatuh tempo kepada dua kreditur.

Direktur Utama Telkomsel Alex Sinaga sebelumnya mengatakan, Telkomsel memutus kontrak itu karena Prima Jaya wanprestasi, karena tak dapat memenuhi taget penjualan di tahun pertama. Telkomsel menolak pesanan pembelian kartu perdana dan voucher untuk tahun kedua, yang diajukan Prima Jaya pada 20 dan 21 Juni 2012.

Dalam perjanjian kontrak, Telkomsel menargetkan Prima Jaya dapat menjual 10 juta kartu perdana Prima dalam jangka waktu setahun, dan menjual 120 juta voucher Prima dalam waktu setahun. Namun, Prima Jaya tak dapat memenuhi target tersebut. Per Juni 2012, menurut data Telkomsel, PT Prima Jaya Informatika hanya mampu menjual 525.000 kartu perdana dan 1.924.235 voucer isi ulang.

"Prima Jaya tidak punya pengalaman dalam menjual produk," kata Alex. Ia pun mengakui, perusahaan ini baru didirikan usai perjanjian kerjasama dengan Telkomsel dibuat.

Pada 21 September 2012, Telkomsel mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

Sejatinya, proyek penjualan kartu Prima punya tujuan yang mulia. Hasil penjualan dari kartu bergambar atlet nasional ini akan disumbangkan ke Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) untuk meningkatkan kesejahteraan para atlet dan mantan atlet.

Prima Jaya dan YOI mengaku, telah banyak membantu para atlet dan mantan atlet dari penjualan kartu Prima. Namun, baik Prima Jaya dan YOI, tak dapat menjawab berapa banyak atlet yang telah dibantu. Wakil Ketua YOI Sys NS mengatakan, bantuan tersebut saat ini sedang terhambat karena Telkomsel memutus kerjasama secara sepihak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com