Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Mitra: Produk di Sini Lebih Bagus

Kompas.com - 15/10/2012, 09:41 WIB

Oleh M Clara Wresti

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup bagus saat ini ditopang oleh sektor belanja barang kebutuhan yang meningkat. Hal ini sangat nyata terlihat pada pendapatan yang dicatat PT Mitra Adiperkasa Tbk. 

Perusahaan ritel barang-barang fashion ini mencatat kenaikan 30 persen untuk pendapatan bersih perusahaan dan laba usaha mereka pada semester pertama 2012.

Ekspansi pun terus dilakukan. Tahun ini telah didirikan 200 toko baru dari 300 toko yang direncanakan akan didirikan sampai akhir tahun 2012. Tahun depan, akan ada 300 toko baru lagi yang akan didirikan. Semua toko itu tersebar di 42 kota besar di seluruh Indonesia dan dimotori oleh hampir 15.000 tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi yang bagus tentu berdampak pada perusahaan. Namun untuk bisa meraih kinerja yang terbaik, faktor pemimpin dan kerja sama tim jauh lebih penting.

VP Sharma (54), Chief Executive Officer PT Mitra Adiperkasa (MAP) menjadi motor penggerak utama dalam semua pencapaian MAP sejak berdiri tahun 1995. Dengan pendekatan yang dilakukannya, karyawan betah bekerja dan berprestasi. Nyaris tidak ada karyawan yang keluar dari perusahaan karena alasan situasi bekerja di kantor. Sebagai perusahaan ritel, sumber daya manusia memang memegang peranan yang sangat penting. Berikut petikan wawancara dengan VP Sharma.

Sebagai peritel, sejauh mana arti sumber daya manusia bagi MAP?

Di bisnis kami, yang sangat penting adalah sumber daya manusia. Tidak ada mesin dan teknologi yang besar. Jadi kesuksesan bisnis kami tergantung dalam kerja sama tim. Bagi ritel, pelayanan yang utama. Kami membangun suasana kerja yang terbuka dan transparan. Berupaya menumbuhkan entrepreneurship kepada mereka agar mereka merasa memiliki perusahaan ini. Ini toko kami, target kami. Jadi seorang manajer toko akan merasa ini adalah tokonya. Inilah merek saya. Dengan cara ini, mereka sangat total untuk meningkatkan pendapatan toko.

Kami tidak menanyakan jam berapa kamu datang, mengapa melakukan ini, mau mengapain. Kami lebih memilih untuk percaya kepada pegawai. Memberikan kebebasan dan otonomi.

Tentu saja kami mengevaluasi apa yang mereka lakukan setiap bulan dan tiap empat bulan sekali. Jika mereka berjalan keluar dari yang digariskan, kami akan memperbaikinya dengan memberikan masukan-masukan yang membangun. Semua bantuan dan fasilitas akan diberikan. Jika mereka meminta bantuan, maka kami akan segera membantu.

Hasilnya, sejak menjalankan perusahaan ini, tidak banyak orang yang keluar dari perusahaan ini. Suasana kerja menjadi nyaman, saling hormat, dan pertumbuhan perusahaan juga baik. Revenue kami lebih dari Rp 9 triliun pada tahun ini. Dibandingkan tahun lalu, kami meningkat 30 persen. Kami bangun 200 toko baru selama tahun 2012. Rencananya kami akan membangun 300 toko sampai akhir tahun ini.

Tidak pernah menemukan kesulitan dengan metode ini?

Tidak pernah. Saya tidak pernah menjalankan punishment (hukuman), karena memang saya tidak percaya pada punishment. Jika saya menghukum karyawan saya, berarti saya menghukum toko itu. Ini tentu saja tidak sehat. Saya lebih percaya pada reward (Penghargaan).

Lalu bagaimana jika ada karyawan yang melenceng?

Kami memberikan otonomi penuh pada mereka, namun kami terus memonitor. Jika ada yang melenceng, dia akan dipanggil. Saya ajak dia makan siang bareng atau sekadar minum kopi. Lalu saya ajak dia untuk berdiskusi. Saya akan beritahu, kamu sudah melakukan ini itu tetapi hasilnya masih belum baik. Bagaimana kalau kamu mengubah cara kamu. Caranya, bukan saya yang menentukan, tetapi harus bersama dia. Saya lebih menghargai orang tidak mengiyakan apa yang saya katakan. Dia harus bisa menantang saya. Dari situ lalu kita putuskan bersama apa yang harus dilakukan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com